Dasar Teori Uji Fitokimia pada rimpang temulawak

April 16, 2018 | Author: mayarfi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

silahkan dijadikan referensi :)...

Description

Dasar teori

A. Temulawak (Cur cuma xanthorr hi za)

Temulawak (Curcuma xanthorrhiz) merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha,2007).

Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan. Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir dengan tangkai yang ramping. Bunga mempunyai daun pelindung yang banyak dan berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam (Wijayakusuma, 2007).

Dalam taksonomi tumbuhan Temulawak diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi

Spermatophyta

Angiospermae

Sub Divisi Kelas

Monocotyledonae

Ordo

Zingiberales

Famili

Zingiberaceae

Genus

Cyrcuma

Spesies

Curcuma xanthorriza Roxb

Kandungan kimia di rimpang temulawak mengandung zat warna kuning (kurkumin), desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone (Wijayakusuma,2007).

Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif yang diisolasi dari rimpang

Curcuma xanthorriza (kunyit). Namun berdasarkan penelitian terbaru, kurkumin juga dapat diisolasi dari Curcuma zedoaria dan Curcuma aromatica. Kurkumin dihasilkan secara alami dari rimpang kunyit bersamaan dengan dua senyawa analog kurkumin lainnya,yaitu demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kurkumin dihasilkan dari rimpang

temulawak

dalam

jumlah

yang

paling

banyak

dibandingkan

dengan

demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Anand dkk, 2008). Kurkumin merupakan salah satu senyawa kimia yang sering diteliti. Beberapa peneliti terkadang menghendaki sifat sifat dari kurkumin menjadi lebih baik setelah dilakukan modifikasi pada struktur awalnya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa baru yang strukturnya analog dengan kurkumin. Modifikasi struktur kurkumin dapat dilakukan pada atom karbon yang terletak di pusat rantai C 7. Modifikasi struktur kurkumin pada posisi tersebut dianggap serupa dengan struktur asetilaseton yang tersubstitusi (Anand dkk, 2008).

B. Uji Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan

chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan

disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan pereaksi amil alkohol, dibuktikan dengan terbentuknya warna merah. Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl 3 memberikan warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan dan ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. Senyawa triterpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Liebermann-Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Astuti, 2003).

1) Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan sentawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh

panas dan sinar dengan adanya oksigen.

Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organic atau anorganik sering mencegah dekomposisi. Struktur mole kul dari alkaloid seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar Struktur molekul Heroin, Morfin dan Codein

2) Flavonoid

. Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF), dan air. Flavonoid adalah bagian dari senyawa fenolik yang terdapat

pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Istilah flavanoida diberikan untuk senyawa – senyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan Flavonoid merupakan senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan

sinergis

dengan

vitamin

C

(meningkatkan

efektivitas

vitamin

C),

antiinflamasi,menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos tulang (Harbone, 1987). Pada banyak mikro organisme seperti virus dan bakteri, kehidupan dan fungsi selnya terancam karena keberadaan flavonoid yang bertindak langsung sebagai antibiotik. Kasus ini sering terjadi. Bahkan keefektivan flavonoid juga dapat melemahkan keperkasaan virus HIV penyebab penyakit mematikan AIDS. Virus herpes pun bisa lumpuh dengan flavonoid. Bahkan lebih jauh, flavonoid juga dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit umum lainnya seperti periodontitis, wasir (ambeien), migrain, encok, rematik, diabetes mellitus, katarak dan asma. Gambar aromatic flavon dan flavonoid:

3)

Saponin

Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat pada banyak tanaman. Kata saponin berasal dari bahasa Latin “sapo” yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran, kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar. Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri (Harbone, 1987). Sifat-sifat Saponin adalah : 1. Mempunyai rasa pahit 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3. Menghemolisa eritrosit 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi 5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi 7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok : 

Steroids dengan 27 C atom.



Triterpenoids, dengan 30 C atom. Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada

aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti: 

Quillage saponin: campuran dari 3 atau 4 saponin



Alfalfa saponin: campuran dari paling sedikit 5 saponin Soy bean saponin: terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau



karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya

4) Steroid dan Triterpenoid

(1)

(2)

Gambar (1) struktur dasar steroid (2) struktur dasar triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklin dan nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, sering bertitik leleh tinggi dan aktif optik pada umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saiconon

dan glikosida jantung. Kedua golongan terakhir sebenarnya triterpena atau seteroid yang terdapat sebagai glikosida.

5) Tanin dan Polifenol

Gambar struktur tanin

Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein. Tanin juga dipakai untuk menyamak kulit. Dalam dunia pengobatan, tanin berfungsi untuk mengobati diare, menghentikan pendarahan, dan mengobati ambeien. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000. Tanin dibagi menjadi duakelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama asam, tanin terkondensasi ( condensed tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis ( hyrolyzable tannin).Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula. Sifat antibakteri yang dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga berbeda. Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah – buahan dan sayur – sayuran hijau, penelitian pada hewan dan manusia menunjukan bahwa polifenol dapat mengatur kadar gula darah seperti anti kanker, anti oksidan dan anti mikroba.

Daftar pustaka

Fadhil. 2012. Uji Fitokimia. http://www.scribd.com/doc/16766643/Uji-fitokimia. Diakses pada 7 Maret 2014 pukul 20.48 WIB Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: K. Padmawinata & I. Soediro. Bandung: ITB Prihannensia, Maydia. 2013. Teori Dasar Fitokimia. http://www.scribd.com/doc/130821589/Teori-Dasar-Fitokimia. Diakses pada 7 Maret 2014 pukul 21.29 WIB. Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya: Jurusan kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Wijayakusuma, M. Hembing.2007. Penyembuhan dengan Temulawak I. Jakarta: Sarana Pustaka Prima.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF