METRORAGIA PENYEBAB
March 7, 2018 | Author: Restu Uyab Jrs | Category: N/A
Short Description
makalas manajemen tresor...
Description
BAB I
LATAR BELAKANG
Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah) di luar fase menstruasi.
Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan oleh penyakit yang ditakuti.
TUJUAN 1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa mengetahui dan melaksanakan asuhan kebidanan tentang kesehatan reproduksi wanita dan mentoragia pada dirinya sendiri dan nantinya pada waktu kerja. 2. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat : 1. mengetahui definisi dari metrorrhagia 2. mengetahui penyebab dari metrorrhagia 3. mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa metrorrhagia
MANFAAT Untuk membantu mahasiswa supaya dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan kebidanan tentang kesehatan reproduksi wanita dan mentroragia pada dirinya sendiri dan nantinya
pada
waktu
kerja.
definisi,penyebab,penatalaksanaan
Selain sehingga
itu
juga
mahasiswa
keperawatan yang tepat pada penderita metroragia.
dapat
mengetaui
tentang
mampu
melakukan
asuhan
BAB II
Definisi Metrorrhagia pendarahan yang terjadi di antara siklus mentruasi, atau dengan kata lain timbul lebih sering dari biasa (yatim faisal,2001) Pendarahan yang irreguler atau terlalu sering (william F, 1997) Metroragia adalah pendarahan uterus biasanya tidak banyak timbul pada interfan partun mestruasi yang tidak biasanya (chandranita, 2004) Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
Etiologi Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu : 1. metrorargia di luar kehamilan: a.
Sebab – sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada: 1)
serviks uteri; seperti
a. polip servisis uteri Polip serviks Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ). b. erosio porsionis uteri :
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
c.
ulkus pada portio uteri, Ulkus portio
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum 1. metrorarrgia oleh karena adanya kehamilan : abortus, kehamilan ektopik a.
Korpus uteri; abortus imminens, abortus insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
b.
Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
c.
Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
b. Sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium. Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatn di rumah sakit.
Tanda dan Gejala a.
Perdarahan ovulatori Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadangkadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
1)
korpus luteum persistens Dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium
yang membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi. 2)
insufisiensi korpus luteum Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore.
Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan. 3)
apopleksia uteri Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
4)
kelainan darah Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme pembekuan
darah.
b. Perdarahan anovulatoir Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentu timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir. Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas. Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.
Manifestasi klinis 1. siklus menstruasi tak teratur, 2. tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) 3. Selain itu, akan sering mengalami f lek 4. Nyeri 5. Tegang pada payudara 6. Cepat emosi
Patofisiologi Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional
(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi. Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation), Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.
Pemerikaan penunjang 1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana. 2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium. 3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik. 4. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah
Penatalaksanaan Bila perdarahan sangat banyak, Istirahat baring dan transfusi darah Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan : 1) estrogen dalam dosis tinggi Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi. 2) progesteron Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi perbaikan keadaan umum, transfusi darah sampai dengan Hb ≥ 10 gr/dL, terapi medikamentosa dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg, Asam Mefenamat Tablet 3 x 500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx. Terapi Hormonal : Setelah perdarahan teratasi berikan : ·
Conjugated oestrogen 2.5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
·
Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetate untuk 10 hari terakhir
·
Tunggu perdarahan lucut 5 – 7 hari pasca penghentian terapi
BAB III
Askep fokus pengkajian Pengkajian Data Fokus Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). Integritas ego Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine. Makanan/cairan Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. Pernafasan Frekuensi pernapasan meningkat. Keamanan Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma Seksualitas Penghentian menstruasi. Interaksi sosial Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
Dx kep 1. Nyeri berhubungan dengan peningkntan kontraksi uterus 2. Ansietas b.d Kurangnya pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya. 3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan anemia.
No
Data
Etiologi
1.
Ds:klien
mengeluh
nyeri
pada berhubungan
Diegnosa dengan Nyeri
daerah simpisis, punggung dan peningkntan kontraksi payudara. Do
:
uterus kringat
banyak
klien
memegangi daerah yang sakit.
2.
Ds : klien dan keluarga belum b.d pernah
mengetahui
tentang pengetahuan
Kurang Ansietas
ganguan menstruasi.
tentang
gangguan
Do : klien dan keluarga tampak menstruasi tidak
kebingungan
dan
dengan terapinya
keluarnya flek-flek.
3.
Ds :pasien merasa lemas
b.d anemia
Intoleran aktifitas
Do : pasien terlihat pucat dan tidak ada inisiatif untuk bergerak
Intervensi No
Diangnoa
Intervensi
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkntan
kontraksi
uterus
- Beri lingkungan yang tenang dan kurangi rangsang penuh stres - Kolaborasi
dengan
dokter dalam pemberian
analgesik - Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas dalam, bimbingan imajinasi) - Evaluasi dan dukung mekanisme koping px - Kompres hangatrdekat dalam
2.
Ansietas
b.d
pengetahuan
Kurangnya tentang
Libatkan pasien / orang terdekat dalam rencana perawatan
gangguan menstruasi dan
Berikan lingkungan tenang dan istirahat
terapinya
Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi/
memerlukan perilaku koping yang digunakan pada masa lalu Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misalnya teknik mengatasi stres
3.
Intoleransi
aktivitas
Pantau respon oksigen pasien
berhubungan dengan anemia
Pantau
asupan
nutrisi
untuk
memastikan
keadekuatan sumber-sumber energi Kolaborasikan penambah darah
dengan
dokter
pengobatan
BAB IV Penutup
1. Kesimpulan Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen. Beberapa penyebabnya antara lain : bisa dari perdarahan diluar haid,bisa dari sebab organik dan fungsional. Penyebab lain bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid. Pada metroragia biasanya ditandai dengan adanya perdarahan ovulatori dan onovulatori, selain itu juga disertai dengan siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore), akan sering mengalami plek , Nyeri, Tegang pada payudara, Cepat emosi. Pada penderita metroragia biasanya bisa dilakukan tindakan meliputi perbaikan keadaan umum, transfusi darah sampai dengan Hb ≥ 10 gr/dL, terapi medikamentosa dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg, Asam Mefenamat Tablet 3 x 500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx.dan dilakukan terapi hormonal.
2. Saran Bagi setiap wanita, konsulkan diri Anda ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya jika Anda merasa terdapat tanda- tanda seperti diatas untuk pencegahan. Dan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap penyakit ini dan juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanannya.
Daftar Pustaka Manuaba,chandradinata.dkk.
2004.
Gawat-darurat
Obstetri-ginekologi
&
Obstetri-
ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC. Baradero,mary,SPC,MM.dkk. 2005. Klien gangguan sistem reproduksi dan seksualitas. Jakarta: EGC. Raybun F,william.dan J.christoper Carey. 1995. Obstetri dan ginekologi. Jakarta: widya medika. Yatim DTH&M,Faisal.2001. haid tidak wajar dan menopause. Jakarta: pustaka populer obor.
http://ilmukesehatan01.blogspot.com/2013/01/metroragia.html http://pipin-kesehatan.blogspot.com/2012/07/metroragia_291.html http://perawathati.blogspot.com/2012/06/askep-gangguan-menstruasi.html
View more...
Comments