RENSTRA_DJPT_2015-2019

April 11, 2017 | Author: hadipay2 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download RENSTRA_DJPT_2015-2019...

Description

Rencana Strategis Tahun 2015-2019

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Rencana Strategis Tahun 2015-2019

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

i

ii

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

iii

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP NOMOR: KEP.62A/DJ-PT/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 - 2019

KATA PENGANTAR

Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap satuan kerja pemerintahan agar membuat rencana strategis (Renstra) sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan 5 tahun, terhitung tahun 2015 sampai dengan 2019. Selain menjadi acuan segenap satuan kerja di lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap, Renstra ini juga menjadi pedoman pembangunan perikanan tangkap secara umum. Renstra disusun mengacu kepada pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019. Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas jerih payah dari semua pihak yang memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran sehingga berhasil membuahkan dokumen Renstra ini. Semoga perikanan tangkap Indonesia semakin maju, mandiri, dan berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan nelayan. Jakarta, November 2015 Direktur Jenderal Perikanan Tangkap ttd Narmoko Prasmadji iv

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

DAFTAR ISI

halaman KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP i NOMOR: KEP.62A/DJ-PT/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2019 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP NOMOR: KEP.62A/DJ-PT/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

iv

iv v vii viii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan

1 1 28

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1 Pembangunan Nasional 2.2 Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2.3 Pembangunan Perikanan Tangkap

35 35 37 42

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

50

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

50

v

3.2 3.3 3.4 3.5 BAB IV

BAB V

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Pembangunan Perikanan Tangkap Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan

67 80 85

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1 Target Kinerja 4.2 Kerangka Pendanaan

87 103

PENUTUP

104

LAMPIRAN

vi

53

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

87

105

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4

halaman Volume Produksi Perikanan Tangkap Tahun 4 2010-2014 Nilai Produksi Perikanan Tangkap Tahun 20105 2014 Pendapatan Nelayan Tahun 2010-2014 6 Pendapatan RTP Tahun 2010-2014 7 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 2010-2014 8 Predikat Kepatuhan dari Ombudsman RI 25 Tahun 2014 Peta Strategi KKP 2015-2019 39 Peta Strategi Ditjen Perikanan Tangkap 201545 2019 Sinergi Pembangunan Mewujudkan Misi 67 Keberlanjutan Keterkaitan Hulu-Hilir untuk Mewujudkan 68 Keberlanjutan Pelabuhan Perikanan sebagai Sentra Perikanan 77 Terpadu dan Konektivitasnya Struktur Organisasi Ditjen Perikanan Tangkap 86

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3

Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

viii

Halaman Tahun 5

Nilai Produksi Perikanan Tangkap 2010-2014 Jumlah Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan yang Telah Menerapkan PIPP Sasaran Pembangunan Nasional Sektor Unggulan Kerangka Regulasi yang Dibutuhkan Indikator Kinerja Program Pengelolaan Perikanan Tangkap Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Ikan Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Penangkapan Ikan Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kenelayanan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

18 20 51 80 87 91 93

95 97 99 101

Bab I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

I

KONDISI UMUM

Kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor andalan dalam menggerakkan perekonomian nasional secara berkelanjutan. Hal ini tidak lepas dari posisi dan potensi strategis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas perairan yang mencapai tiga per empat dari total wilayah dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Demikian pula dengan masyarakatnya yang sangat dekat dengan budaya bahari. Pentingnya sektor kelautan dan perikanan telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025. Dalam undang-undang dimaksud disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan jangka panjang 2005-2025 adalah untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Misi dimaksud selanjutnya dijabarkan ke dalam arah kebijakan sebagai berikut: (1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, (2) Meningkatkan dan menguatkan peranan SDM di bidang kelautan, (3) Menetapkan wilayah kesatuan NKRI, aset dan hal-hal terkait di dalamnya Pentingnya sektor kelautan termasuk kewajiban yang telah dan perikanan telah digariskan oleh hukum laut Interdicantumkan dalam Undangnasional United Nation Convention Undang No. 17 tahun 2007 on The Sea (UNCLOS) 1982, (4) tentang Rencana Melakukan upaya pengamanan Pembangunan Jangka wilayah kedaulatan yuridiksi dan Panjang Nasional Tahun aset NKRI, (5) Mengembangkan 2005 – 2025. industri kelautan secara sinergi, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

1

optimal dan berkelanjutan, (6) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut, dan (7) Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir. Setelah pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) I 2005-2009, pengembangan sektor kelautan dan perikanan pada RPJMN II 2010-2014 semakin menjadi arus utama. Demikian pula dengan sub sektor perikanan tangkap di dalamnya, baik itu perikanan tangkap di laut maupun di perairan umum daratan (PUD). Pelaksanaan pengarusutamaan tersebut mengacu kepada tema RPJMN II sebagaimana telah tercantum dalam RPJPN 2005-2025, yakni “memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, dan memperkuat daya saing perekonomian”. Selanjutnya, tema tersebut dijabarkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. RPJMN dimaksud menjadi acuan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Renstra Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dalam Renstra Ditjen Perikanan Tangkap 2010-2014, ditegaskan bahwa visi yang diemban pada hakikatnya ditujukan untuk mewujudkan perikanan tangkap Indonesia yang maju dan berkelanjutan untuk kesejahteraan nelayan. Visi tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam visi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ikan secara berkelanjutan serta meningkatkan efisiensi usaha perikanan tangkap. Dalam prakteknya, pembangunan perikanan tangkap yang dikelola Ditjen Perikanan Tangkap tahun 2010-2015 dijabarkan ke dalam 1 (satu) program yakni Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap. Program tersebut selanjutnya dijabarkan dalam 6 (enam) kegiatan, yaitu: (1) Pengelolaan sumber daya ikan, (2) Pembinaan dan pengembangan kapal perikanan, alat penangkap ikan, dan pengawakan kapal perikanan, (3) Pengembangan, pembangunan, dan pengelolaan pelabuhan perikanan, (4) Pelayanan usaha perikanan tangkap yang efisien, tertib, dan berkelanjutan, (5) Pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala kecil, dan (6) Peningkatan dukungan

2

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Tangkap.

Ditjen Perikanan

Pembangunan perikanan tangkap yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan secara keseluruhan, dilaksanakan untuk mewujudkan 4 (empat) pilar pembangunan nasional, yaitu penanggulangan kemiskinan (pro-poor), penyerapan tenaga kerja (projob), peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi (pro-growth), serta pemulihan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam (proenviroment). Selama periode tahun 2010–2014, pelaksanaan pembangunan perikanan tangkap telah menghasilkan berbagai capaian. Capaian indikator kinerja utama dijabarkan pada uraian berikut ini. 1.

Produksi Perikanan Tangkap Produksi perikanan tangkap merupakan hasil perhitungan gabungan dari volume produksi yang didaratkan perusahaan perikanan, pelabuhan perikanan dan hasil estimasi di desa sampel yakni desa perikanan yang terpilih sebagai desa untuk dilakukan kegiatan pengumpulan/pendataan statistik perikanan tangkap, dipilih secara metodologi melalui kerangka survei. Sementara itu nilai produksi perikanan tangkap merupakan perhitungan gabungan dari nilai produksi yang didaratkan perusahaan perikanan, pelabuhan perikanan dan hasil estimasi di desa sampel yakni desa perikanan yang terpilih sebagai desa untuk dilakukan kegiatan pengumpulan/pendataan statistik perikanan tangkap, dipilih secara metodologi melalui kerangka survei. Produksi perikanan tangkap diarahkan untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional dalam rangka pemenuhan protein hewani sebagai sumber gizi masyarakat yang berkualitas. Untuk komoditas tertentu juga mendukung peningkatan devisa negara melalui ekspor. Produksi perikanan tangkap terus meningkat dari tahun ke tahun namun dalam persentase yang terkendali sehubungan dengan jumlah

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

3

tangkapan yang diperbolehkan untuk kelestarian sumber daya ikan. Kenaikan volume produksi perikanan tangkap periode 2010-2014 rata-rata sebesar 4,52% per tahun, yaitu 5.384.418 ton pada tahun 2010 menjadi 6.200.180 ton pada tahun 2014. Produksi tetap didominasi perikanan tangkap di laut yaitu sebesar 5.779.990 (93,22%) sedangkan produksi perikanan tangkap di perairan umum daratan sebesar 420.190 (7,27%).

(ton)

6.115.377

6.200.180

5.829.194 5.714.271 5.384.418

2010

2011

2012

2013

2014

Gambar 1.1 Volume Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2010-2014 Peningkatan volume produksi perikanan tangkap ini diiringi dengan peningkatan kualitas pendataan statistik perikanan tangkap di daerah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendataan ini, Ditjen Perikanan Tangkap telah melakukan beberapa upaya, diantaranya peningkatan kualitas petugas pengumpul data/enumerator perikanan tangkap di daerah. Dengan demikian, diharapkan kualitas pendataan di lapangan bisa lebih ditingkatkan serta bisa kehilangan data bisa ditekan. Sementara itu, capaian nilai produksi perikanan tangkap tahun 2014 sebesar Rp 108,53 trilyun, terdiri dari nilai produksi perikanan tangkap di laut sebesar Rp 99,90 triliun dan perairan umum daratan sebesar Rp 8,62 triliun. Nilai produksi perikanan tangkap selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar

4

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

10,60% per tahun. Kenaikan terbesar disumbangkan dari perikanan tangkap di perairan laut. Untuk lebih jelasnya capaian nilai produksi perikanan tangkap tahun 2010-2014 ditampilkan dalam gambar dan tabel berikut.

108.528.919 101.328.537

79.393.325 64.549.401 70.031.282 2010

2011

(Rp Juta)

2012

2013

2014

Gambar 1.2 Nilai Produksi Perikanan Tangkap 2010-2014

Tabel 1.1 Nilai Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2010-2014 Satuan : Rp Juta

Nilai Produksi (Rp Juta)

2010

2011

2012

2013

2014

Ratarataper tahun (%)

Total

64.549.401

70.031.283

79.393.325

101.328.538

108.528.920

10,60

Laut

59.580.474

4.452.537

72.016.210

93.186.165

99.900.360

10,70

4.968.927

5.578.746

7.377.115

8.142.373

8.628.560

9,52

Perairan pedalaman

Terus meningkatnya nilai produksi perikanan tangkap tidak terlepas dari upaya Ditjen Perikanan Tangkap yang secara sinergis mendorong peningkatan mutu sejak diatas kapal hingga didaratkan di sentra-sentra pendaratan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain perbaikan sistem penanganan mutu di atas kapal untuk mempertahankan kualitas ikan, perbaikan sistem penanganan mutu

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

5

di pelabuhan perikanan, industrialisasi tuna cakalang tongkol (TCT), hingga peningkatan fasilitas penanganan dari kapal sampai di pelabuhan perikanan. 2.

Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan merupakan indikator penting pembangunan perikanan tangkap dan menjadi bagian dari peningkatan kesejahteraan. Pada tahun 2010-2014, pendapatan nelayan meningkat ratarata sebesar 7,31%, yaitu dari Rp 1.380.171 per orang per bulan pada tahun 2010 menjadi Rp 1.825.590 per orang per bulan pada tahun 2014.

1.825.590 1.722.600 1.619.274

1.380.171

1.424.237

(Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

Gambar 1.3 Pendapatan Nelayan Tahun 2010-2014 Pada periode yang sama, pendapatan rumah tangga perikanan (RTP) meningkat rata-rata sebesar 4,72%, yaitu dari Rp 4.067.257 per RTP per bulan pada tahun 2010 menjadi Rp 4.876.470 per RTP per bulan pada tahun 2014. Selengkapnya seperti yang tersaji dalam gambar.

6

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

4.876.470 4.693.001

4.607.920

4.264.650 4.067.256 (Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

Gambar 1.4 Pendapatan RTP Tahun 2010-2014

3.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar/dikeluarkan oleh nelayan (Ib), untuk konsumsi rumah tangganya dan keperluan dalam memproduksi produk perikanan. NTN merupakan indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli nelayan dan juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk perikanan dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTN, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli nelayan. NTN 2010-2014 menunjukkan pergerakan yang semakin meningkat walaupun tidak selalu konstan pada setiap bulannya, karena usaha penangkapan ikan sangat dipengarui banyak faktor, antara lain faktor musim. Perubahan pada grafik antara tahun 2010 sampai dengan November 2013 serta Desember 2013 sampai dengan 2014 dikarenakan adanya perbedaan penggunaan tahun dasar oleh BPS. Pada periode pertama menggunakan tahun dasar 2007, sedangkan periode kedua menggunakan tahun dasar 2012. Penetapan tahun

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

7

dasar 2012 telah menyesuaikan pergeseran pola produksi dan konsumsi rumah tangga dari tahun 2007.

Gambar1.5 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 2010-2014

Rata-rata NTN 2014 sebesar 104,63. Angka ini merupakan angka yang cukup baik yang menunjukkan nelayan mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga kebutuhannya. Pendapatan nelayan naik lebih besar dari pengeluarannya. Dengan asumsi volume produksi yang dihasilkan sama, maka kesejateraan nelayan meningkat. Selanjutnya beberapa capaian penting kinerja kegiatan Ditjen Perikanan Tangkap berdasarkan 4 (empat) tujuan utama sesuai pilar pembangunan nasional pada RPJMN II (2010-2014), yakni pro poor, pro growth, pro job, pro environment, tersaji pada uraian berikut ini.

1. Penanggulangan Kemiskinan (Pro Poor) a.

Akses Permodalan Nelayan Permodalan merupakan faktor penting untuk mendukung pengembangan skala dan kapasitas usaha nelayan untuk mencapai tingkat efisiensi tertentu sebagai unit usaha yang menguntungkan. Terkait permodalan, terdapat persoalan klasik

8

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

yang dihadapi nelayan, antara lain dukungan pihak perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang belum optimal karena usaha penangkapan ikan dinilai berisiko tinggi. Masalah lainnya, persyaratan agunan yang memberatkan nelayan dan ketiadaan pihak yang bersedia memberikan jaminan apabila nelayan tidak bisa mengembalikan pinjaman. Faktor-faktor di atas menyebabkan nelayan memanfaatkan jasa para pelepas uang untuk memperoleh pinjaman dengan proses yang lebih cepat dan mudah, meskipun dengan bunga yang tinggi. Akibatnya nelayan tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap para pelepas uang dan terjebak dalam jeratan utang yang tidak berkesudahan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ditjen Perikanan Tangkap telah melakukan berbagai upaya agar nelayan dapat mengakses permodalan dari sumber-sumber permodalan, antara lain sebagai berikut: 1) Sertifikasi Hak Atas Tanah (SeHAT) Nelayan Sertifikasi Hak Atas Tanah (SeHAT) Nelayan dilaksanakan atas kerjasama Ditjen Perikanan Tangkap dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasama tanggal 15 November 2007. SeHAT nelayan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan status formal dan nilai aset tanah nelayan. Selain itu, melalui kepastian kepemilikan aset tanah, nelayan pun diharapkan akan semakin mudah mengakses permodalan dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Selama tahun 2010-2014 telah direalisasikan kegiatan sertifikasi tanah nelayan sebanyak 58.495 bidang tanah di 215 kabupaten/kota, dengan rincian 2.966 sertifikat pada tahun 2010, 8.628 sertifikat (2011), 13.776 sertifikat (2012), 16.703 sertifikat (2013), dan 16.422 sertifikat (2014). Dengan agunan sertifikat tersebut, telah terverifikasi

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

9

setidaknya 2.192 nelayan dapat mengakses kredit perbankan dengan nilai mencapai Rp 29,7 milyar. 2) Penyaluran Permodalan melalui Jasa Pegadaian di Pelabuhan Perikanan Upaya lain untuk penguatan akses permodalan bagi nelayan dilakukan dengan penyediaan jasa lembaga keuangan di pelabuhan perikanan, termasuk layanan pegadaian. Skema kredit yang disediakan oleh Perum Pegadaian mudah diakses oleh nelayan, dengan proses yang cepat dan waktu yang singkat. Sampai dengan akhir tahun 2014 telah tersedia kantor cabang layanan jasa Pegadaian di 8 lokasi yakni: PPS Cilacap (Jawa Tengah), PPS Kendari (Sulawesi Tenggara), PPN Palabuhanratu (Jawa Barat), PPN Pekalongan (Jawa Tengah), PPN Ternate (Maluku Utara), PPP Tegalsari (JawaTengah), PPP Blanakan (Jawa Barat), dan PPP Paotere (Sulawesi Selatan). Realisasi penyaluran kredit gadai untuk nelayan di seluruh lokasi tersebut pada periode 2010-2014 mencapai Rp 203 milyar. 3) Penyaluran Permodalan melalui KUR dan KKPE Kredit Usaha Rakyat (KUR) bidang kelautan dan perikanan merupakan kredit yang disalurkan kepada pelaku usaha perikanan melalui bank pelaksana yang ditunjuk Pemerintah. Kredit tersebut ditujukan untuk membiayai kegiatan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi perikanan yang feasible namun belum bankable di bidang perikanan tangkap. Kredit yang disediakan berupa kredit modal kerja dan kredit investasi dengan plafon antara Rp 20 juta – Rp 1 milyar. Realisasi outstanding penyaluran KUR untuk bidang perikanan tahun 2010-2014 mencapai Rp 432 milyar. Sedangkan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) untuk sub bidang perikanan tangkap merupakan kredit untuk pelaku usaha perikanan tangkap baik perorangan

10

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

maupun badan usaha (KUB/Koperasi Perikanan), digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional penangkapan ikan, pengadaan atau peremajaan peralatan, mesin dan sarana penunjang yang mendukung usaha penangkapan ikan, serta untuk pembiayaan pengadaan pangan (khusus untuk koperasi). Besarnya plafon kredit Rp 100 juta untuk perorangan dan Rp 500 juta untuk KUB/Koperasi. Realisasi outstanding penyaluran KKP-E bidang perikanan tahun 2010-2014 sebesar Rp 83,18 milyar. 4) Asuransi Kapal Perikanan untuk Penjaminan Kredit Fasilitasi asuransi kapal perikanan dilakukan dengan pola banker’s clause (kerjasama asuransi-perbankan), dengan tujuan untuk: (1) memberikan kekuatan hukum atas kepemilikan hak atas kapal perikanan melalui buku kapal perikanan, (2) memfasilitasi aset kapal kayu nelayan agar dapat digunakan sebagai agunan melalui program asuransi kapal nelayan, dan (3) memberikan jaminan penggantian kerugian terhadap risiko kecelakaan kapal perikanan (total loss). Saat ini asuransi kapal mencakup kapal ukuran ≥ 10 GT yang dapat dijadikan alternatif tambahan bagi usaha penangkapan ikan dalam mengakses permodalan dengan memanfaatkan kapal perikanan sebagai agunan. Fasilitasi asuransi kapal setidaknya telah dilaksanakan di 4 kabupaten/kota. Kapal telah diasuransikan dan mendapatkan penjaminan untuk mengakses permodalan dari perbankan dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 19,5 milyar. b.

PUMP Perikanan Tangkap Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap dimaksudkan untuk meningkatkan usaha dan memberdayakan nelayan. PUMP diberikan dalam bentuk stimulus bantuan langsung masyarakat (BLM), dimana setiap KUB penerima dapat memanfaatkan dana tunai sebesar Rp 100 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

11

juta untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan, antara lain untuk: 1) Pengadaan dan perbaikan sarana penangkapan (perahu, mesin, bahan alat penangkapan ikan, alat bantu penangkapan ikan); 2) Dukungan biaya operasional seperti bensin, solar, minyak tanah, pelumas, dan es; 3) Perbengkelan nelayan; dan 4) Asuransi. PUMP dimulai tahun 2011. Pada kurun 2011-2014 telah disalurkan bantuan BLM PUMP-PT untuk 8.806 KUB yang tersebar di 305 kabupaten/kota pada 2.058 desa/kelurahan dengan total anggaran Rp 880,6 miliar, dengan rincian: 1.106 KUB tahun 2011, 3.700 KUB (2012), 3.000 KUB (2013), dan 1.000 KUB (2014). c.

Perlindungan Sosial bagi Nelayan Usaha penangkapan ikan merupakan jenis pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu peningkatan perlindungan sosial bagi nelayan menjadi sangat penting untuk memberikan jaminan dan kepastian perlindungan sosial bagi nelayan dan keluarganya. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan perlindungan sosial nelayan melalui bimbingan teknis perlindungan dan keselamatan kerja bagi nelayan. Upaya lainnya dilakukan melalui fasilitasi asuransi bagi nelayan di seluruh provinsi. Upaya ini juga memberikan dukungan terhadap implementasi Inpres Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan.

d.

Kelembagaan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Kelompok Usaha Bersama (KUB) merupakan salah satu wadah kelembagaan nelayan dalam menjalankan usahanya secara berkelompok. Namun demikian, belum semua KUB tumbuh dan berkembang menjadi KUB yang mandiri dan bankable.

12

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Untuk itu, dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah KUB yang mandiri, untuk selanjutnya didorong menjadi KUB yang bankable, dengan mengembangkan kelembagaan usaha menjadi koperasi berbadan hukum. Pada tahap akhir, KUB mandiri tersebut difasilitasi untuk menjalin kemitraan usaha dengan para pelaku usaha perikanan skala menengah dan besar, misalnya dalam hal penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan hasil perikanan. Sampai dengan tahun 2014, jumlah KUB perikanan tangkap tercatat sebanyak 22.852 KUB. Sebanyak 2.533 KUB telah masuk kategori KUB Mandiri. e.

PKN Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) merupakan salah satu upaya perluasan dan percepatan dan Perluasan Program Pro Rakyat (klaster 4) yang diputuskan dalam pada Sidang Kabinet tanggal 13 Februari 2011. PKN dilaksanakan secara lintas kementerian/lembaga, kegiatannya ditujukan untuk individu nelayan, kelompok nelayan, serta perbaikan Untuk itu, dilakukan upayasarana dan prasarana. upaya untuk meningkatkan Pada periode 2011-2014, jumlah KUB yang mandiri, PKN telah dilaksanakan untuk selanjutnya didorong di 422 lokasi.

menjadi KUB yang bankable, dengan mengembangkan kelembagaan usaha menjadi koperasi berbadan hukum.

Untuk individu nelayan kegiatannya antara lain: Sertifikasi Hak atas Tanah Nelayan (KKP), peralatan rantai dingin (KKP), rumah sangat murah (Kemenpera), listrik murah (Kemen ESDM), BOS dan beasiswa anak nelayan (Kemendikbud), pelatihan BST (Basic Safety Training) untuk nelayan (Kemenhub), dan layanan kesehatan (Kemenkes).

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

13

Untuk kelompok nelayan kegiatannya antara lain: bantuan kapal perikanan (KKP), Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (KKP), konversi BBM ke gas (KKP dan Kemen ESDM), pendampingan pada kelompok (KKP), dan usaha rumput laut (Kemen PDT dan BUMN). Sedangkan dukungan sarana dan prasarana antara lain berupa pembangunan pabrik es/cold storage(KKP), Solar Packed Dealer Nelayan/SPDN (KKP), angkutan nelayan murah roda roda tiga berinsulasi (KKP), sarana air bersih (Kemen PU), pelabuhan perikanan (KKP), serta pengerukan (Kemenhub).

2. Upaya Penyerapan Tenaga Kerja (Pro Job) a.

Lapangan Kerja Usaha perikanan tangkap mampu menyediakan lapangan kerja bagi para nelayan. Jumlah nelayan pada tahun 2014 mencapai 2.667.440 orang, terdiri dari nelayan di laut sebanyak 2.186.900 orang dan di perairan umum daratan sebanyak 480.540 orang. Selain nelayan, banyak tenaga kerja yang terserap dari usaha pendukung perikanan tangkap, seperti galangan kapal, perbengkelan, pembuatan dan penyediaan bahan dan alat penangkapan ikan, perdagangan kebutuhan logistik melaut, perdagangan ikan, pengolahan hasil perikanan, dan berbagai usaha terkait lainnya.

b.

Kartu Nelayan Pemberian identitas profesi bagi nelayan melalui Kartu Nelayan dilakukan untuk meningkatkan pembinaan terhadap nelayan sekaligus melindungi profesi nelayan. Selain itu, manfaat yang diperoleh dari pengembangan kartu nelayan adalah untuk menginventarisasi jumlah nelayan secara pasti yang dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi proses pembinaan, terutama terkait dengan penentuan target dan sasaran program/kegiatan pemberdayaan nelayan.

14

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Pada tahun 2010-2014 telah didistribusikan 595.844 kartu nelayan di seluruh provinsi, dengan rincian 3.811 kartu pada tahun 2010, 104.661 kartu (2011), 167.655 kartu (2012), 215.354 kartu (2013), dan 104.353 kartu (2014). c.

Diversifikasi Usaha Diversifikasi usaha dimaksudkan agar nelayan dan keluarganya memperoleh penghasilan tambahan selain kegiatan usaha penangkapan ikan. Kegiatan tersebut difokuskan bagi para wanita nelayan agar mampu mengembangkan usaha ekonomi produktif yang berkelanjutan, misalnya: usaha pengolahan, perdagangan, kerajinan tangan, dan usaha lainnya. Ditjen Perikanan Tangkap memberikan dukungan untuk diversifikasi usaha melalui berbagai kegiatan antara lain bimbingan teknis pengembangan diversifikasi usaha, pelatihan kewirausahaan, fasilitasi permodalan usaha, fasilitasi sarana penunjang kegiatan usaha, dan lain-lain. Selama tahun 2010 – 2014, diversifikasi usaha bagi wanita nelayan berjumlah 64.500 orang, dengan rincian 12.900 orang pada tahun 2010, 12.900 orang (2011), 12.900 orang (2012), 12.900 orang (2013), dan 12.900 orang (2014).

3. Upaya Mendukung Pertumbuhan Ekonomi (Pro Growth) a.

Investasi Usaha Perikanan Tangkap Terpadu Dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi nasional, khususnya di bidang perikanan tangkap, telah dilakukan pengembangan investasi secara terpadu. Sampai dengan tahun 2014 realisasi investasi terpadu mencapai Rp 9,99 trilyun. Investasi tersebut berasal dari 159 perusahaan, terdiri dari 31 Penanaman Modal Asing (PMA), 6 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan 122 Swasta Nasional (SN).

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

15

Sebagian besar realisasi investasi terkonsentrasi di wilayah Indonesia Bagian Tengah (Bali, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku) dan Indonesia Bagian Timur (Papua dan Papua Barat), yakni sebesar Rp 8,01 trilyun atau mencapai 81% dari total realisasi investasi. Adapun provinsi yang menjadi tujuan investasi adalah Sulawesi Utara, Maluku, DKI Jakarta, dan Bali, dengan realisasi investasi mencapai Rp 7,23 trilyun atau 72,80 % dari total realisasi investasi. b.

Minapolitan Perikanan Tangkap Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan tujuan untuk: 1) Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk perikanan, 2) Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, pengusaha dan pengolah ikan yang adil dan merata, dan 3) Mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Pengembangan kawasan minapolitan didukung oleh kementerian/lembaga terkait, antara lain Kementerian Pekerjaan Umum. Minapolitan perikanan tangkap diinisasi sejak tahun 2011 di 9 lokasi kabupaten/kota, yakni: Banyuwangi, Sukabumi, Cilacap, Pacitan, Bangka, Bitung, Ternate, Ambon, dan Medan. Pada tahun 2012 dilakukan lanjutan pengembangan di 12 lokasi kabupaten/kota lainnya, yaitu: Minahasa Selatan, Pekalongan, Belitung, Bulukumba, Padang, Kerinci, Musi Banyuasin, Lamongan, Tapanuli Tengah, Simalungun, Sambas, dan Jembrana. Pada tahun 2013 - 2014, minapolitan perikanan tangkap dilaksanakan di 36 kabupaten/kota lainnya, yaitu: Aceh Barat Daya, Aceh Timur, Serdang Bedagai, Pasaman Barat, Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir, Tanjung Jabung Timur, Kota Dumai, Banyuasin, Bangka Selatan, Belitung Timur, Indramayu, Kota Cirebon, Pati, Malang, Kota Probolinggo, Trenggalek, Kota Serang, Klungkung, Buleleng, Lombok Timur, Kota Kupang, Ketapang, Katingan, Kotawaringin Barat, Kotabaru, Kota Kendari, Gorontalo Utara, Bone Bolango, Kota Tual, Halmahera Selatan, Halmahera

16

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Timur, Pulau Morotai, Sorong, dan Kaimana. Dengan demikian pengembangan minapolitan perikanan tangkap pada periode 2011-2014 dilaksanakan di 57 lokasi. c.

Penghapusan Retribusi Perikanan Dalam upaya meningkatkan efisiensi usaha perikanan tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap mendorong agar Pemerintah Daerah bersedia menghapus retribusi perikanan di daerah yang dinilai memberatkan nelayan dan pelaku usaha. Berkaitan dengan hal ini, dari 18 provinsi dan 103 kabupaten/kota yang teridentifikasi memungut retribusi perikanan, setidaknya terdapat 4 (empat) provinsi dan 7 (tujuh) kabupaten/kota yang telah menghapuskan retribusi perikanan, yaitu: Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Cilacap, Luwu Utara, Langsa, Bireuen, Buleleng, Tidore Kepulauan, dan Kaur.

d.

Pengelolaan Prasarana Perikanan Tangkap 1) Ketersediaan Pelabuhan Perikanan Ketersediaan pelabuhan perikanan di sentra-sentra usaha perikanan tangkap sangat vital untuk mendukung kelancaran usaha penangkapan ikan dan usaha pendukungnya. Pengembangan pelabuhan perikanan diarahkan untuk meningkatkan operasional pelabuhan perikanan sesuai peran dan fungsinya sebagaimana telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Pemerintah mengembangkan pelabuhan perikanan melalui berbagai sumber pembiayaan. Sampai asat ini, jumlah pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia sebanyak 816 unit, terdiri dari 22 pelabuhan perikanan UPT Pusat, 792 pelabuhan perikanan daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dan 2 pelabuhan perikanan swasta.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

17

Tabel 1.2 Jumlah Pelabuhan Perikanan Kelas Pelabuhan Status Pelabuhan Operasional Belum aktif Tidak aktif Total

Jumlah PPS

PPN

PPP PPI Swasta

6 -

15 -

-

-

6

14

44 580 127 1

41

45 749

2 2

647 127 42 816

Jumlah pelabuhan perikanan yang telah operasional mencapai 647 unit. Adapun sisanya, sebanyak 169 unit belum operasional, terdiri dari 127 unit belum aktif dan 42 unit tidak aktif. Pelabuhan perikanan yang belum operasional (belum aktif) disebabkan fasilitas pelabuhan perikanan yang belum mencapai standar minimal operasional. Sedangkan pelabuhan perikanan yang tidak aktif karena masih dalam tahap rintisan pembangunan. 2) Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional (RIPPN) Pengembangan pelabuhan perikanan secara nasional telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional (RIPPN). RIPPN menjadi pijakan hukum dalam pengembangann kebijakan pelabuhan perikanan nasional serta rencana lokasi pengembangan pelabuhan perikanan. 3) Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP) WKOPP ditetapkan dengan maksud agar setiap pelabuhan perikanan mempunyai batas-batas yang jelas dalam hal wilayah kerja operasionalnya. Selama 2010-2014, pelabuhan perikanan yang telah memiliki WKOPP berjumlah 20

18

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pelabuhan perikanan yang seluruhnya merupakan UPT Pusat. 4) Kesyahbandaran di Pelabuhan Perikanan Salah satu fungsi pelabuhan perikanan adalah melaksanakan kesyahbandaran. Pelaksanaan fungsi kesyahbandaran ini merupakan amanat dari Pasal 41 A Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jumlah petugas syahbandar yang telah dilantik sebanyak 138 orang dan ditempatkan di 106 pelabuhan perikanan. Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas syahbandar perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap secara rutin melakukan evaluasi kinerja para petugas syahbandar. Selain itu juga diberikan dukungan melalui berbagai bentuk kegiatan bimbingan teknis kesyahbandaran bekerja sama dengan instansi terkait seperti Kementerian Perhubungan. 5) Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP) Ditjen Perikanan Tangkap telah mengembangkan Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP), baik yang bersifat intranet maupun internet. Akses informasi melalui internet dapat diperoleh melalui situs htpp://www.pipp.kkp.go.id. Informasi yang disediakan melalui PIPP antara lain: aktivitas kapal di pelabuhan perikanan, produksi ikan, distribusi dan harga ikan, ketersediaan harga dan penyeluran perbekalan, potensi lahan pengembangan industri, ketersediaan sarana dan prasarana, kelembagaan, tenaga kerja dan kepegawaian serta data umum dan lingkungan fisik pelabuhan perikanan. Ketersediaan data dan informasi yang disajikan melalui PIPP diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha maupun para pemangku kepentingan lainnya, terutama untuk mendukung pengembangan kegiatan bisnis perikanan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

19

Selain itu, data dan informasi yang disediakan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi kinerja operasional pelabuhan perikanan. Saat ini PIPP telah dikembangkan di 124 pelabuhan perikanan, yaitu: 6 PPS, 15 PPN, 38 PPP, 62 PPI, dan 2 PP swasta. Tabel 1.3 Pelabuhan Perikanan yang Telah Menerapkan PIPP No

20

Kelas Pelabuhan

Lokasi

1

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

6 Pelabuhan Perikanan: PPS Belawan, PPS Bitung, PPS Bungus, PPS Cilacap, PPS NZ, PPS Kendari

2

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

15 Pelabuhan Perikanan: PPN Ambon, PPN Brondong, PPN Kejawanan, PPN Pelabuhan ratu, PPN Pekalongan, PPN Pemangkat, PPN Pengambengan, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN Sungai Liat, PPN Tanjung Pandan, PPN Ternate, PPN Tual, PPN Karangantu, PPN Kwandang

3

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

38 Pelabuhan Perikanan: PPP Teluk Batang, PPP Tegalsari, PPP Bajomulyo, PPP Morodemak, PPP Sadeng, PPP Tasik Agung, PPP Pondok Dadap, PPP Tamperan, PPP Mayangan, PPP Muncar, PPP Lampulo, PPP Sungai Rengas, PPP Banjarmasin, PPP Tenau Kupang, PPP Tengkayu II (Tarakan), PPP Asem Doyong PPP Karimun Jawa, PPP Klidanglor, PPP Wonokerto, PPP Labuhan Lombok, PPP Tumumpa, PPP Labuan Banten, PPP Sorong, PPP Puger, PPP Bondet, PPP Cilauteureun, PPP Muara Ciasem, PPP Teladas, PPP Tawang, PPP Paiton, PPP Bacan, PPP Blanakan, PPP Lempasing, PPP Lekok, PPP Tobelo, PPP Kota Agung, PPP Bawean, PPP Eretan Wetan, PPP

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

No

Kelas Pelabuhan

Lokasi Ciparage.

4

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

PPI Oeba Kupang, PPI Muara Bendera, PPI Pasongsongan, PPI Manggar Baru, PPI Donggala, PPI Batulicin, PPI Muara Jaya, PPI Sebatik, PPI Filial Klandasan, PPI Paotere, PPI Goto, PPI Tanjung Limau Bontang, PPI Selili, PPI Nunukan, PPI Sungsang, PPI Pagimana, PPI Paranggi, PPI Kampung Baru Tengah, PPI Pal Jaya, PPI Gentuma, PPI Sape, PPI Muara Angke, PPI Muara Kintap, PPI Kumai, PPI Kedonganan, PPI Tanjung Luar, PPI Inengo, PPI Klaligi, PPI Kuala Idi, PPI Lappa, PPI Sangatta, PPI Manggar Belitung Timur, PPI Pulau Pramuka, PPI Sangsit, PPI Tenda, PPI Tilamuta, PPI Ujong Baroh, PPI Pandangan, PPI Sarang, PPI Lonrae, PPI Masohi, PPI Karang Duwur, PPI Karanganyar/Kragan, PPI Pulau Baai, PPI Bojong Selawe, PPI Bulu Tuban, PPI Dulan Pok-Pok, PPI Eri, PPI Hamadi, PPI Piru, PPI Muara Sungai Batu Rusa, PPI Pancer, PPI Tawang Pacitan, PPI Kuala Tungkal, PPI Kuala Mempawah, PPI Carocok Tarusan, PPI Cikidang, PPI Pusong/Ujung Blang, PPI Tanjung Tiram, PPI Karangsong, PPI Pontap, PPI Eretan Kulon.

5

Pelabuhan Perikanan Swasta

PP Barelang, PP Telaga Punggur,

6) Port State Measure (PSM) Sebagai salah satu negara anggota FAO dan anggota organisasi pengelolaan perikanan regional (RFMO), Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengikuti ketentuan/kesepakatan yang telah disepakati bersama dalam organisasi tersebut. Port State Measures (PSM) merupakan salah satu aturan terkait dengan negara yang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

21

mempunyai pelabuhan perikanan untuk memerangi, mencegah, dan memberantas IUU Fishing yang dimulai di wilayah pelabuhan. PSM diterapkan berdasarkan ketentuan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) dan rencana aksi international untuk memerangi/ memberantas Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Tujuan penerapan PSM adalah menjamin terpeliharanya kelestarian sumber daya ikan melalui penguatan dan harmonisasi penerapan Port State Measures (PSM). Terkait dengan rencana penerapan PSM, saat ini sedang dilakukan penyempurnaan dan finalisasi draft ratifikasi PSM. Setelah proses ratifikasi PSM selesai, pada tahap awal penerapan PSM diharapkan dapat dilaksanakan dibeberapa pelabuhan perikanan sebagai berikut: (1) PPS Nizam Zachman, Jakarta, (2) PPS Bungus, Sumatera Barat, (3) PPS Cilacap, Jawa Tengah, (4) PPS Bitung, Sulawesi Utara, (5) PPN Ambon, Maluku, (6) PPN Palabuhanratu, Jawa Barat 7) Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) Penerapan SHTI merupakan upaya tindak lanjut yang dilakukan oleh Ditjen Perikanan Tangkap untuk merespon regulasi tentang Catch Certificate yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa melalui COUNCIL REGULATION (EC) No. 1005/2008 tanggal 29 September 2008 yang secara tegas melarang masuknya produk perikanan yang berasal dari kegiatan IUU Fishing ke dalam wilayah teritorial Komunitas Eropa. Sertifikat Hasil Tangkapan (Catch Certificate) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kepala Pelabuhan Perikanan yang ditunjuk oleh Otoritas Kompeten yang menyatakan bahwa hasil tangkapan ikan bukan dari kegiatan IUU Fishing.

22

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Penerapan SHTI ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan yang secara eksplisit memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk menerbitkan SHTI. Sampai dengan tahun 2015, pelayanan SHTI telah dilakukan di 39 lokasi, baik di UPT Pelabuhan Perikanan Pusat maupun di UPT daerah. 8) Armada Perikanan Tangkap dan Pengawakan Kapal Perikanan Jumlah kapal penangkap ikan di laut pada tahun 2010 mencapai 570.827 unit dan menjadi 623.970 unit pada tahun 2014. Dari sisi komposisi, armada perikanan nasional masih didominasi oleh armada perikanan skala kecil (perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor di bawah 30 GT) yang mencapai 99%, sedangkan sisanya adalah kapal motor berukuran di atas 30 GT. Dalam upaya mendukung penguatan armada perikanan tangkap nasional, Ditjen Perikanan Tangkap telah memberikan paket bantuan kapal perikanan berukuran di bawah 10 GT, 10-30 GT maupun lebih dari 30 GT kepada nelayan yang tergabung dalam KUB maupun koperasi perikanan. Bantuan tersebut dialokasikan melalui APBN dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selama tahun 2010 - 2014 telah dibangun 878 unit kapal Inka Mina berukuran di atas 30 GT, yakni 46 unit di tahun 2010, 232 unit di tahun 2011, 214 unit di tahun 2012, dan 226 unit di tahun 2014. Selain itu juga telah dialokasikan bantuan kapal perikanan berukuran 10-30 GT melalui APBN Ditjen Perikanan Tangkap sebanyak 199 unit pada periode 2011-2014, yaitu: 29 unit pada tahun 2011, 70 unit pada tahun 2012, 65 unit pada tahun 2013, dan 38 unit pada tahun 2014. Sementara itu, bantuan kapal di bawah 10 GT dialokasikan melalui DAK sub bidang perikanan tangkap.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

23

Untuk mendukung pengembangan armada perikanan nasional, dilakukan pula berbagai kegiatan pembinaan maupun bimbingan teknis, antara lain bimbingan teknis keselamatan kerja awak kapal perikanan, penanganan ikan di atas kapal perikanan, serta sertifikasi perwira kapal perikanan. Hal lain yang tidak bisa diabaikan adalah ABK (anak buah kapal) merupakan bagian dari sistem kapal perikanan. Diketahui bahwa telah terjadi berbagai kecelakaan di laut yang menimpa nelayan dan/atau anak buah kapal perikanan. Terdapat pula perlakuan yang kurang baik diterima nelayan Indonesia yang bekerja sebagai ABK di kapal asing. Hal ini terjadi antara lain karena lemahnya posisi tawar nelayan/ABK kapal pada saat menjadi tenaga kerja dan tidak adanya perjanjian kerja antara nelayan/ABK dengan pemilik kapal. Disamping itu juga disebabkan kompetensi nelayan/ABK yang kurang. Oleh karena itu, pengaturan perlindungan bagi nelayan dan/atau tenaga kerja di atas kapal perikanan menjadi sangat penting. Perlindungan ini diarahkan untuk memberikan jaminan keselamatan, keamanan, dan untuk terwujudnya kesejahteraan nelayan/tenaga kerja di atas kapal. Salah satu langkah konkret saat ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63/2015 telah dibentuk struktur jabatan yang menangani pengawakan dan sertifikasi pada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi ABK hingga 2015 telah dilakukan pelatihan kompetensi dan telah diterbitkan sertifikat kompetensi ahli alat penangkapan ikan kepada 100 orang dan sertifkat ahli penangkap ikan kepada 35 orang.

24

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

9) Pelayanan Perizinan dan Kepatuhan Usaha Perikanan Tangkap Berbagai upaya dilakukan agar pelayanan perizinan semakin prima, baik dari sisi kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas SDM, maupun dari sistem pelayanan. Pada tahun 2014 waktu rata-rata proses pelayanan penerbitan izin adalah 6,24 hari per dokumen. Di samping itu, pada tahun 2014, Unit Layanan Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan mendapat Penghargaan Predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik sesuai Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dari Ombudsman R.I.

Gambar 1.6 Predikat Kepatuhan dari Ombudsman R.I. Tahun 2014 Selain menerbitkan izin usaha perikanan tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap juga terus melakukan monitoring terhadap izin yang telah diterbitkan salah satunya dengan pencabutan izin (SIUP/SIPI/SIKPI). Untuk meningkatkan kepatuhan pelaku usaha, Ditjen Perikanan Tangkap juga telah melakukan verifikasi faktual perizinan, yang difokuskan untuk kapal-kapal berbendera Indonesia eks asing. Tindak lanjut dari verifikasi faktual tersebut adalah pemberian sanksi berupa peringatan bahkan pencabutan izin terhadap pelaku usaha yang terbukti tidak mematuhi ketentuan yang berlaku.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

25

4. Upaya Pemulihan dan Pelestarian Lingkungan (Pro Environment) a.

Pemulihan Stok dan Habitat Sumber Daya Ikan Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga stok sumber daya ikan agar tidak menurun adalah melalui pemulihan stok dan habitat sumber daya ikan. Untuk memulihkan SDI, Ditjen Perikanan Tangkap melakukan penebaran benih ikan ikan asli terutama di perairan umum daratan (danau). Pada periode 20102014 telah dilakukan penebaran ikan sebanyak 2,13 juta benih Sementara itu upaya pemulihan habitat sumber daya ikan dilakukan melalui pembangunan reservaat atau suaka perikanan di perairan umum daratan dan pembangunan rumah ikan di laut teritorial dan perairan kepulauan. Pada periode 2010-2014 telah dilakukan pengembangan reservaat di 3 lokasi (Danau Tempe, Danau Toba dan Danau Ulak Lia) serta pengembangan rumah ikan sejumlah 185 unit di 18 provinsi.

b.

Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan Untuk mendukung upaya pengelolaan sumber daya ikan di setiap WPP-NRI secara lestari dan berkelanjutan, telah disusun rencana pengelolaan perikanan (RPP). RPP menjadi pedoman utama dalam pengelolaan SDI selama lima tahun sejak diterbitkannya Peraturan Menteri terkait dengan RPP. Terkait dengan hal tersebut, Ditjen Perikanan Tangkap telah menyusun RPP untuk beberapa lokasi perairan dan jenis ikan. Selama periode tahun 2010 - 2014 telah dilakukan penyusunan dokumen RPP di perairan pedalaman, RPP di WPP-NRI serta RPP menurut jenis ikan, dengan hasil sebagai berikut : 1) RPP di perairan pedalaman yaitu: (i) RPP Danau Tempe, (ii) RPP Danau Kerinci, (iii) RPP Danau Rawa Pening, (iv) Draft RPP Danau Tondano, Danau Toba, Perairan Gambut Kota Palangkaraya, Musi. 2) RPP di WPP-NRI: WPP-NRI 571, 572, 573, 711, 712, 713, 714, 715, 716, 717, 718.

26

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

3) RPP menurut jenis ikan yakni: (i) RPP Sidat, (ii) RPP Ikan Terbang, (iii) RPP Rajungan dan RPP Tuna, Cakalang dan Tongkol (TCT). Selanjutnya selama periode 2010-2014, terdapat dua produk hukum yang dikeluarkan terkait dengan RPP ini yaitu (i) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.29/MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan Ikan, dan (ii) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 54/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 718. Selain itu pada bulan Agustus 2015 telah terbit Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 107/KEPMEN-KP/2015 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna, Cakalang dan Tongkol. c.

Upaya Lainnya untuk Pengelolaan Sumber Daya Ikan Berbagai upaya lain telah dilakukan untuk mendukung pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Hasil-hasil yang telah dicapai antara lain sebagai berikut: 1) Menguatnya kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di perairan umum daratan serta tersusunnya Dokumen Strategi Nasional Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Tangkap PUD Tahun 2009 serta Draft Dokumen Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap PUD Tahun 2014-2019. 2) Terdaftarnya kapal-kapal Indonesia pada Regional Fisheries Management Organisations (RFMOs) sehingga kapal-kapal Indonesia dapat menangkap tuna dan tuna like species secara legal pada wilayah RFMOs. 3) Terwujudnya alokasi Albacore sebesar 11.537 ton per tahun pada IOTC. 4) Terlaksananya Quality Assurance Review (QAR) oleh CCSBT sebagai respon terhadap proposal Indonesia tentang penambahan alokasi kuota Indonesia sebanyak 300 ton per tahun.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

27

5) Terwujudnya Indonesia menjadi negara anggota WCPFC melalui Peraturan Presiden RI Nomor 61 Tahun 2013 tanggal 28 Agustus 2013. 6) Terwujudnya alokasi catch limit bigeye untuk longline di WCPFC sebesar 5.889 ton per tahun (tahun 2015-2017). 7) Terwujudnya Indonesia sebagai CNM di IATTC sejak Juni 2013. 8) Terdaftarnya 7 kapal di IATTC, sehingga kapal-kapal Indonesia terhindar dari IUU fishing di overlaping area IATTC-WCPFC. 9) Terwujudnya partisipasi aktif Indonesia pada 4 RFMOs (kerjasama regional), intra regional dan internasional. 10) Perbaikan data dan statistik perikanan tangkap, observer serta log book penangkapan ikan. Selain itu, beberapa produk hukum terkait pengelolaan SDI telah dihasilkan selama periode 2010-2014, antara lain: 1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 26/PERMEN-KP/2014 tentang Rumpon. 2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 36/PERMEN-KP/2014 tentang Andon Penangkapan Ikan. 3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48/PERMEN-KP/2014 tentang Log Book Penangkapan Ikan.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

1.2.1 Potensi Potensi pengembangan perikanan tangkap di Indonesia pada dasarnya mencakup berbagai kekuatan yang terdapat di internal sistem perikanan tangkap maupun berbagai peluang yang dapat diraih untuk mengembangkan sistem perikanan tangkap secara optimal dan berkelanjutan.

28

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Terkait dengan hal tersebut, diprediksi bahwa pada tahun 2050 populasi dunia akan meningkat 55% dari tahun 2000 sehingga menjadi 6,3 miliar, sedangkan permintaan bahan pangan diproyeksikan meningkat 70%. Untuk mengantisipasi hal ini, pemenuhan produksi pangan tidak dapat lagi hanya mengandalkan produksi dari lahan pertanian di darat, namun juga harus dipenuhi dari lingkungan perairan, terutama untuk produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Terlebih lagi masyarakat semakin sadar dan semakin membutuhkan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang terkandung dalam ikan. Hal ini tentu saja menjadi peluang pengembangan perikanan ke depan. Peluang lainnya adalah globalisasi perekonomian, serta pasar bebas hasil perikanan regional dan dunia, termasuk pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jika produk Indonesia kompetitif, maka hal ini akan menjadi peluang ekspor yang besar. Seiring dengan itu, peranan dan posisi perikanan tangkap semakin strategis di masa depan. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan produkproduk perikanan masih menjadi sumber utama konsumsi protein hewani di Indonesia, yakni sekitar 68%. Sebagian besar konsumsi ikan tersebut (+65%) berasal dari ikan-ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan di laut. Konsumsi ikan diperkirakan akan semakin tinggi, terutama untuk ikan-ikan dari perairan laut hasil penangkapan yang tidak bisa digantikan dengan produk perikanan hasil budidaya. Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 7,3 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia danperairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) (Komnas Kajiskan, 2013). Dari seluruh potensi sumber daya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,8 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari. Potensi mikro flora-fauna kelautan juga belum tereksplorasi sebagai penyangga pangan fungsional pada masa depan. Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan baik bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Luas terumbu karang yang dimiliki Indonesia saat ini yang sudah terpetakan mencapai 25.000 km2 (BIG, 2013). Namun, terumbu karang yang masih dalam kondisi sangat baik hanya sekitar 5,30%, kondisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

29

baik 27,18%, cukup baik 37,25 %, dan kurang baik sebesar 30,45 % (LIPI, 2012). Laut Indonesia memiliki sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang. Sumber daya ikan di laut meliputi 37% dari spesies ikan di dunia, beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan rumput laut. Potensi tersebut tersebar di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dengan luas wilayah laut berdasarkan UNCLOS 1982 mencapai 5,8 juta km2, terdiri atas 3,1 juta km2 perairan teritorial, 2,7 juta km2 ZEEI. Luas tersebut tidak termasuk landas kontinen (continental shelf), berbatasan dengan perairan 10 negara, yaitu Malaysia, Singapura, Timur Leste, Papua Nugini, Filipina, Australia, Palau, Thailand, Vietnam, dan India. Potensi berikutnya adalah perikanan tangkap di perairan umum daratan (PUD) yang meliputi danau, waduk, sungai, rawa dan genangan air lainnya, dengan luas sekitar 54 juta ha. Berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Riset Perikanan Tangkap tahun 2005, total potensi produksi perikanan PUD di Indonesia mencapai 3,035 juta ton/tahun yang terdiri dari 2,868 juta ton/tahun dari perairan sungai dan rawa banjiran, 158.000 ton/tahun dari danau dan 9.000 ton/tahun dari waduk. Sama halnya dengan perikanan laut, PUD Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan “mega biodiversity” di dunia. Kekayaan plasma nutfah ikan yang jenisnya sangat banyak tersebut, mencapai 25% dari jumlah jenis ikan yang ada di dunia. Menurut FAO terdapat sekitar 2.000 jenis ikan di perairan umum Indonesia. Potensi selanjutnya adalah sarana dan prasaraan perikanan tangkap yang mencakup mencakup potensi kapal dan alat penangkap ikan serta pelabuhan perikanan. Pertumbuhan jumlah kapal dan alat penangkap ikan mengalami kenaikan sebesar 3,7% selama periode 2008-2013. Sementara itu, jumlah pelabuhan perikanan tercatat sebanyak 816 pelabuhan perikanan. Selain itu, Indonesia memiliki potensi demografi terkait perikanan tangkap, antara lain jumlah nelayan yang relatif besar mencapai

30

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

2,66 juta orang, terdiri dari nelayan laut 2,18 juta orang dan nelayan perairan umum 480 ribu orang. Kekuatan internal lainnya adalah kebijakan pemerintah untuk semakin mengarusutamakan bidang kelautan dan perikanan, antara lain tercermin dari dokumen perencanaan, dari mulai RPJP, RPJM hingga RKP. Demikian pula dengan posisi geografis Indonesia yang menjadi peluang untuk terus mengembangkan sektor kelautan dan perikanan, termasuk perikanan tangkap di dalamnya.

1.2.2 Permasalahan Permasalahan dalam pembangunan perikanan tangkap mencakup berbagai kelemahan yang terdapat di internal sistem perikanan tangkap maupun berbagai ancaman yang berasal dari luar sistem perikanan tangkap di Indonesia. Permasalahan tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) permasalahan utama, yakni sebagai berikut: 1.

Sumber Daya Ikan Ketersediaan sumber daya ikan menjadi pilar utama dalam mewujudkan pembangunan perikanan tangkap secara optimal dan berkelanjutan. Ketersediaan sumber daya ikan dipengaruhi faktor internal ikan khususnya terkait dengan kemampuan regenerasi ikan terhadap perubahan lingkungkuan baik akibat faktor alam maupun aktivitas manusia. Oleh karena itu, faktor manusia harus menjadi faktor kendali untuk menjamin ketersediaan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Fakta empiris menunjukkan bahwa terjadinya degradasi sumber daya ikan sebagian besar akibat aktivitas manusia dalam mengekploitasi SDI yang melebihi batas kemampuan ikan untuk melakukan regenerasi. Oleh karena itu, tuntutan kebutuhan manusia dalam mengekploitasi SDI (kepentingan ekonomi) harus seimbang dengan tuntutan ketersedian sumber daya ikan di masa mendatang (kepentingan sumber daya ikan dan lingkungannya). Permasalahan-permasalahan pokok SDI yang harus menjadi perhatian masyarakat kelautan dan perikanan dalam pengembangan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

31

usaha perikanan tangkap sebagai berikut:

2.

a.

Masih maraknya Illegal, Unregulated, and Unreported (IUU) Fishing.

b.

Ketidakseimbangan pemanfaatan SDI antar WPP-NRI.

c.

Belum optimalnya akurasi data kondisi stok sumber daya ikan, hasil tangkapan dan tingkat ekploitasi sumber daya ikan.

d.

Kerusakan ekosistem pesisir dan laut.

e.

Masih rendahnya kepatuhan pelaku usaha dalam menyampaikan hasil tangkapan ikan yang akurat, obyektif dan tepat waktu.

f.

Belum optimalnya sinergi pengelolaan sumber daya ikan antara pusat dan daerah, antar daerah, serta dengan sektor terkait.

Sarana dan Prasarana Pengembangan usaha perikanan tangkap akan optimal jika didukung dengan sarana dan dan prasarana yang memadahi. Sarana dan prasarana tersebut mencakup: kapal dan alat tangkap, pelabuhan perikanan beserta fasilitasnya, dan sarana dan prasarana pendukung usaha penangkapan ikan lainnya. Permasalahan-permasalahan pokok terkait sarana dan prasarana dalam pengembangan perikanan tangkap antara lain sebagai berikut: a. Struktur armada penangkapan ikan masih didominasi oleh armada skala kecil (dibawah 5GT) dengan kemampuan yang terbatas. b. Rasio kapal penangkap ikan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap, dan laik simpan masih dibawah 50%. c. Masih banyaknya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. d. Sebaran pelabuhan perikanan tidak merata dan sebagian besar di Indonesia Bagian Barat. e. Pembangunan fasilitas pelabuhan perikanan belum lengkap sehingga masih ada pelabuhan perikanan yang belum dapat dimanfaatkan dengan baik. f.

32

Belum optimalnya pengelolaan pelayanan pelabuhan perikanan, termasuk sistem pendataan, peningkatan investasi, dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pengendalian lingkungan. g. Kurangnya kesadaran stakeholders dalam memanfaatkan fasilitas dan kawasan pelabuhan secara berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. h. Jumlah tenaga syahbandar yang masih kurang. i.

Cara penanganan ikan di pelabuhan perikanan belum optimal.

j.

Belum seluruh pelabuhan perikanan melaksanakan ketelusuran asal ikan (treacebility)/penerapan SHTI untuk kepentingan produk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.

k. Belum adanya pelabuhan perikanan yang dapat melakukan ekspor secara langsung. l.

Integrasi dan konektivitas antar pelabuhan perikanan belum optimal, termasuk sistem data dan informasi.

m. Ketersediaan infrastruktur termasuk listrik khususnya di luar pulau Jawa yang masih terbatas sehingga mempengaruhi usaha penangkapan. 3.

Usaha dan Kenelayanan Beberapa permasalahan pokok terkait usaha dan kenelayanan adalah sebagai berikut: a. Kemiskinan nelayan yang masih tinggi. b. Skala usaha dan kemampuan kelembagaan usaha nelayan yang masih kecil dan perlu terus ditingkatkan. c. Rendahnya akses usaha nelayan terhadap permodalan yang antara lain disebabkan dukungan perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang belum optimal terhadap usaha perikanan tangkap. d. Rantai tata niaga perikanan yang masih panjang sehingga merugikan nelayan (patront-client). e. Masih minimnya perlindungan sosial bagi nelayan. f.

Kepatuhan pelaku usaha terhadap peraturan di bidang perikanan tangkap yang masih perlu ditingkatkan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

33

Di samping itu, terdapat pula berbagai ancaman juga dari luar yang apabila tidak diantisipasi dengan baik akan berpengaruh terhadap kinerja perikanan tangkap, misalnya: adanya tuntutan standar kualitas produk ekspor yang semakin ketat ke negara pengimpor, serta perdagangan bebas yang apabila tidak diantisipasi dengan baik menyebabkan perikanan tangkap domestik menjadi tidak kompetitif.

34

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Bab 2 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

2.1

II

PEMBANGUNAN NASIONAL

2.1.1 Visi Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun Indonesia, pembangunan nasional lima tahun ke depan diprioritaskan pada upaya mewujudkan kedaulatan pangan, kecukupan energi, dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan lima tahun ke depan juga harus makin mengarah kepada kondisi peningkatan kesejahteraan berkelanjutan, warganya berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya memiliki keharmonisan antarkelompok sosial, dan postur perekonomian makin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan iptek sambil bergerak menuju kepada keseimbangan antarsektor ekonomi dan antarwilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi, dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong"

2.1.2 Misi Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan, yaitu: 1.

Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

35

sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2.

Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3.

Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4.

Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5.

Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.

6.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

7.

Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.1.3 Tujuan Tujuan pembangunan nasional pada hakikatnya telah digariskan pada Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2.1.4 Sasaran Strategis Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1.

Sasaran Makro; mencakup pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.

2.

Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: mencakup pembangunan bidang kependudukan-keluarga berencana, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, perlindungan masyarakat, dan pembangunan masyarakat.

3.

Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; mencakup pembangunan kedaulatan pangan, kedaulatan energi, maritim dan kelautan,

36

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pariwisata dan industri manufaktur, ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas 4.

Sasaran Dimensi Pemerataan; mencakup upaya penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi serta meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu,

5.

Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; mencakup pemerataan pembangunan antarwilayah

6.

Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan; mencakup pembangunan bidang politik dan demokrasi, penegakan hukum, tata kelola dan reformasi birokrasi, penguatan tata kelola pemerintah daerah, serta pertahanan dan keamanan.

2.2

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2.2.1 Visi Presiden menyatakan bahwa Laut adalah Masa Depan Peradaban Bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa laut tidak boleh dipunggungi, sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber kehidupan manusia. Sebagai organisasi yang membantu Presiden untuk membidangi urusan kelautan dan perikanan, maka visi KKP ditetapkan selaras dengan visi pembangunan nasional serta bertujuan untuk mendukung terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia. Visi KKP adalah “Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”. Mandiri dimaksudkan ke depan Indonesia dapat mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan, sehingga sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. Maju dimaksudkan dapat mengelola sumber daya kelautan dan perikanan dengan kekuatan SDM kompeten dan iptek yang inovatif dan bernilai tambah, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang tinggi dan merata. Kuat diartikan memiliki kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari pengelolaan potensi sumber daya kelautan dan perikanan dan menumbuhkan wawasan dan budaya bahari. Berbasis

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

37

kepentingan nasional dimaksudkan adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

2.2.2 Misi Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan kepada KKP dan penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka misi KKP adalah sebagai berikut: 1.

Kedaulatan (Sovereignty), yakni mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2.

Keberlanjutan (Sustainability), yakni mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

3.

Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan.

2.2.3 Tujuan Menjabarkan misi pembangunan kelautan dan perikanan, maka tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut: Kedaulatan (Sovereignity), yakni : 1. Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. 2. Mengembangkan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan. Keberlanjutan (Sustainability), yakni : 3. Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi dan keanekaragamanhayati laut. 4. Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya. 5. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan. Kesejahteraan (Prosperity), yakni : 6. Mengembangkan kapasitas SDM dan pemberdayaan masyarakat. 7. Mengembangkan inovasi iptek kelautan dan perikanan.

38

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

2.2.4 Sasaran Strategis Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai oleh KKP sebagai suatu outcome/impact dari beberapa program yang dilaksanakan. Dalam penyusunannya, KKP menjabarkan 3 misi yakni “Kedaulatan”, “Keberlanjutan”, dan Kesejahteraan” dan dibagi dalam empat perspektif, yakni stakeholders prespective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective.

Gambar 2.1 Peta Strategi KKP 2015-2019 1. Stakeholders Prespective Menjabarkan misi “kesejahteraan”, maka sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah “terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP”, dengan indikator kinerja : a. Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dari 40,5 pada tahun 2015 menjadi 51 pada tahun 2019.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

39

b. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan dari 7% pada tahun 2015 menjadi 12% pada tahun 2019. 2. Customer Perspective Menjabarkan misi “kedaulatan”, maka sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah “terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP”, dengan indikator kinerja: a. Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundangundanganyang berlaku, dari 70% pada tahun 2015 menjadi 87% pada tahun 2019. b. Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri dari 5 pulau pada tahun 2015 menjadi 25 pulau pada tahun 2019. Selanjutnya, menjabarkan misi “keberlanjutan”, maka sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah “terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan”, dengan indikator kinerja: a. Nilai pengelolaan wilayah kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dari 0,20 pada tahun 2015 menjadi 0,65 pada tahun 2019. b. Nilai peningkatan ekonomi kelautan dan perikanan, dari 0,59 pada tahun 2015 menjadi 1,0 pada tahun 2019. c. Produksi perikanan, dari 24,12 juta ton pada tahun 2015 menjadi 39,97 juta ton pada tahun 2019. d. Produksi garam rakyat, dari 3,3 juta ton pada tahun 2015 menjadi 4,5 juta ton pada tahun 2019. e. Nilai ekspor hasil perikanan, dari USD 5,86 miliar pada tahun 2015 menjadi USD 9,54 miliar pada tahun 2019. f.

Konsumsi ikan, dari 40,9 kg/kapita/tahun pada tahun 2015 menjadi 54,49 kg/kapita/tahun pada tahun 2019.

g. Persentase peningkatan PNBP dari sektor Kelautan dan Perikanan dari 5% pada tahun 2015 menjadi 15% pada tahun 2019.

40

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

3. Internal Process Perspective Sasaran strategis pada perspektif ini adalah merupakan proses yang harus dilakukan oleh KKP, yakni : a. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah “tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif”, dengan indikator kinerja indeks efektivitas kebijakan pemerintah, dari 6 pada tahun 2015 menjadi 8 pada tahun 2019. b. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah “terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan”, dengan indikator kinerja efektivitas tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan, dari 70% pada tahun 2015 menjadi 95% pada tahun 2019. c. Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah “terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang partisipatif”, dengan indikator kinerja: •

Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan tepat waktu dari 56,6% pada tahun 2015 menjadi 83,36% pada tahun 2019.



Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan dari 70% pada tahun 2015 menjadi 87% pada tahun 2019.

4. Learning and Growth Perspective (Input) Untuk melaksanakan pencapaian sasaran strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksananya proses untuk menghasilkan output dan outcome KKP. Terdapat 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai yakni : a. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yakni “terwujudnya aparatur sipil negara (ASN) KKP yang kompeten, profesional, dan berkepribadian”, dengan indikator kinerja indeks kompetensi dan integritas dari 65 pada tahun 2015 menjadi 85 pada tahun2019. b. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yakni “tersedianya manajemen pengetahuan yang handal, dan mudah diakses”, dengan indikator

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

41

kinerja persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dari 40% pada tahun 2015 menjadi 100% pada tahun 2019. c. Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yakni “terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima”, dengan indikator kinerja utama nilai kinerja reformasi birokrasi (RB) KKP dari BB pada tahun 2015 menjadi AA pada tahun 2019. d. Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yakni “terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel”, dengan indikator kinerja nilai kinerja anggaran KKP dari baik pada tahun 2015 menjadi sangat baik pada tahun 2019 dan Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KKP Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

2.3

PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP

2.3.1 Visi Pengarusutamaan prioritas nasional pada pengelolaan sumber daya kemaritiman dan kelautan semakin menguatkan peran sektor kelautan dan perikanan untuk mewujudkan cita-cita nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sektor kelautan dan perikanan, peran sub bidang perikanan tangkap masih strategis, yakni sebagai: (i) penyedia bahan pangan dari perairan yang mempunyai nilai tinggi dari, ditinjau dari aspek nutrisi maupun ekonomi, (ii) penyedia lapangan kerja bagi masyarakat di daerah pesisir, (iii) salah satu bidang andalan dalam kegiatan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang turut serta dalam menjaga kedaulatan bangsa di laut, (iv) penyumbang potensial untuk mendorong peningkatan penerimaan negara, serta (v) identitas budaya negara maritim yang perlu dijaga dan dilestarikan. Untuk menjabarkan nilai strategis tersebut, visi pembangunan perikanan tangkap ditetapkan sebagai berikut: “Terwujudnya Perikanan Tangkap yang Berdaulat, Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Nelayan”

42

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Berdaulat diartikan sebagai kemampuan penuh untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan untuk digunakan sebesarbesarnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi dari kegiatan perikanan tangkap. Mandiri diartikan sebagai keadaaan untuk dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan pihak lain dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdaya saing diartikan sebagai keunggulan dan kapasitas yang dimiliki untuk menghadapi persaingan dalam peta kompetisi global dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Berkelanjutan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengelola dan melindungi sumber daya ikan agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan oleh generasi saat ini dan generasi mendatang. Kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan perikanan tangkap dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, khususnya masyarakat nelayan. Keempat hal dalam visi tersebut di atas merupakan prinsip utama yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam misi, strategi dan upaya-upaya pembangunan yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan nelayan.

2.3.2 Misi Misi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap ditetapkansebagai berikut: 1.

Mewujudkan keberlanjutan sumber daya perikanan.

2.

Mewujudkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap.

2.3.3 Tujuan Tujuan pembangunan perikanan tangkap adalah untuk mendukung terwujudnya misi keberlanjutan sumber daya perikanan dan usaha perikanan tangkap melalui pencapaian target kinerja yang akan dicapai Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

43

dalam lima tahun (2015-2019). Pada akhir periode 2019, target capaian pembangunan diharapkan berupa pertumbuhan PDB perikanan dapat meningkat sebesar 5%, rata-rata pendapatan nelayan meningkat sebesar 30,22%, Nilai Tukar Nelayan (NTN) meningkat sebesar 2 point, produksi perikanan tangkap meningkat sebesar 9,79%, nilai produksi meningkat sebesar 22,15%, nilai investasi perikanan tangkap meningkat sebesar 35,48%, dan penyaluran permodalan perikanan tangkap sebesar 19,05%, serta wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang dikelola sesuai rencana pengelolaan perikanan (RPP) sebanyak 11 WPP. Untuk mewujudkan misi keberlanjutan sumber daya perikanan dilakukan dengan: 1. 2.

Mengelola sumber daya ikan secara berkelanjutan. Mengendalikan penangkapan ikan.

Sedangkan untuk mewujudkan misi keberlanjutan usaha perikanan tangkap dilakukan dengan: 1.

Mengoptimalkan pengelolaan kapal perikanan, alat penangkap ikan, dan pengawakan kapal perikanan. Mengoptimalkan pengelolaan pelabuhan perikanan. Mengelola kenelayanan dan keberlanjutan usaha nelayan.

2. 3.

2.3.4 Sasaran Strategis Sasaran strategis pembangunan perikanan tangkap merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai selama lima tahun sebagai suatu outcome/impact dari program dan kegiatan yang dilaksanakan. Sasaran strategis ini menjabarkan misi keberlanjutan, yakni keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan keberlanjutan sumber daya ikan. Sasaran strategis dibagi dalam 4 (empat) perspektif, yakni stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective.

44

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Gambar 2.2 Peta Strategi Ditjen Perikanan Tangkap 2015-2019 1. Stakeholders Prespective (Outcome) Sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah "terwujudnya kesejahteraan masyarakat nelayan”, dengan indikator kinerja: a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan dari 7% pada tahun 2015 menjadi 12% pada tahun 2019. b. Nilai Tukar Nelayan (NTN) dari 104,5 pada tahun 2015 menjadi 106,5 pada tahun 2019. c. Rata-rata pendapatan: Nelayan dari Rp 1,93 juta /orang/ bulan pada tahun 2015 menjadi Rp 2,37 juta/ orang/ bulan pada tahun 2019. Rumah Tangga Perikanan dari Rp 5,14 juta /RTP/ bulan pada tahun 2015 menjadi Rp 6,25 juta/ RTP/ bulan pada tahun 2019.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

45

2. Customer Perspective (Output) Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah “terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan”, dengan indikator kinerja: a. Jumlah produksi perikanan tangkap; Volume produksi dari 6,29 juta ton pada tahun 2015 menjadi 6,98 juta ton pada tahun 2019. Nilai produksi dari Rp 115,91 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 148,89 triliun pada tahun 2019. b. Nilai investasi usaha perikanan tangkap dari Rp 20 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 31 triliun pada tahun 2019. c. Jumlah penyaluran akses permodalan perikanan tangkap dari Rp 850 milyar pada tahun 2015 menjadi Rp 1.050 milyar pada tahun 2019. d. Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) dari 2 WPP pada tahun 2015 menjadi 11 WPP pada tahun 2019. 3. Internal Process Perspective (Process) Sasaran strategis keempat (SS-3) yang akan dicapai adalah “tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif”, dengan indikator kinerja: a. Jumlah laut teritorial dan perairan kepulauan yang terkelola sumber daya ikannya dari 5 WPP pada tahun 2015 menjadi 11 WPP pada tahun 2019. b. Jumlah laut ZEEI yang terkelola sumber daya ikannya dari 2 WPP pada tahun 2015 menjadi 7 WPP pada tahun 2019. c. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah) dari 23 buah pada tahun 2015 menjadi 30 buah pada tahun 2019. d. Jumlah identifikasi dan penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan (termasuk fasilitasi dan koordinasi pengembangan

46

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

sentra perikanan terpadu) (lokasi) sebanyak 34 lokasi setiap tahun sampai dengan tahun 2019. e. Jumlah penguatan dan integrasi sistem perizinan pusat-daerah (Prov/Kab/Kota) dari 11 Prov/Kab/Kota menjadi 34 Prov/Kab/Kota. f.

Jumlah peningkatan akses pendanaan usaha nelayan (lokasi) di 34 lokasi selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah “terselenggaranya tata kelola perikanan tangkap yang berdaya saing, dan berkelanjutan”, dengan indikator kinerja: a) Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasikan sebanyak 3 resolusi setiap tahun selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. b) Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap, dan laik simpan dari 700 unit pada tahun 2015 menjadi 1.900 unit pada tahun 2019. c) Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi dalam SIUP dari 9.600 unit pada tahun 2015 menjadi 11.500 unit pada tahun 2019. d) Jumlah kapal yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik (CPIB) di atas kapal (unit) dari 400 unit pada tahun 2016 menjadi 1.000 unit pada tahun 2019. e) Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi standar operasional dari 22 lokasi pada tahun 2015 menjadi 90 lokasi pada tahun 2019. f) Jumlah penguatan kelembagaan usaha nelayan (kelompok) untuk 2.050 kelompok pada tahun 2016 menjadi 2.200 kelompok pada tahun 2019. Sasaran strategis keenam (SS-5) yang akan dicapai adalah “terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengelolaan perikanan tangkap yang profesional dan partisipatif”, dengan indikator kinerja: a) Jumlah perairan yang terevaluasi sumber daya ikannya dari 3 WPP di tahun 2015 menjadi 11 WPP di tahun 2019.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

47

b) Jumlah kapal perikanan yang terdaftar sebagai kapal perikanan (unit) dari 20.000 unit pada tahun 2016 menjadi 27.000 unit pada tahun 2019. c) Jumlah pelabuhan perikanan yang optimal menerapkan sistem informasi dan keterpaduan (lokasi) dari 120 lokasi pada tahun 2016 menjadi 165 lokasi pada tahun 2019. d) Jumlah pembinaan sistem informasi kenelayanan (lokasi) pada 2 lokasi di tahun 2016; 20 lokasi pada tahun 2017 dan 2018; 10 lokasi pada tahun 2019. e) Jumlah kapal penangkapan ikan yang memenuhi kepatuhan usaha (%) sebesar 100 % setiap tahun dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. 4. Learning and Growth Perspective (Input) Untuk melaksanakan pencapaian sasaran strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksanakannya proses untuk menghasilkan output dan outcome Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Untuk mendukung hal tersebut, terdapat 5 sasaran strategis yang akan dicapai yakni: a. Sasaran strategis ketujuh (SS-6) yakni “Tersedianya kebijakan pembangunan yang efektif”, dengan indikator kinerja Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah dari nilai 6 pada tahun 2015 menjadi 8 pada tahun 2019. b. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yakni “Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) Ditjen Perikanan Tangkap yang kompeten, profesional, dan berkepribadian”, dengan indikator kinerja Indeks Kompetensi Pejabat Struktural dan Fungsional lingkup DJPT, dari 82 pada tahun 2015 menjadi 90 pada tahun 2019. c. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yakni “Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses”, dengan indikator kinerja jumlah unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dan berbasis IT (%) dari 80% pada tahun 2016 menjadi 95% pada tahun 2019. d. Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yakni “Terwujudnya birokrasi Ditjen Perikanan Tangkap yang efektif, efisien, dan berorientasi

48

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pada layanan prima”, dengan indikator kinerja Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi (RB) lingkup DJPT dari BB pada tahun 2015 menjadi A pada tahun 2019. e. Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yakni “Terkelolanya anggaran Program Pengelolaan Perikanan Tangkap secara efisien dan akuntabel”, dengan indikator kinerja nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (%) dari 80-90 pada tahun 2016 menjadi 90-100 pada tahun 2019. f.

Sasaran strategis kesebelas (SS-11) yakni “Terpenuhinya belanja aparatur dan belanja operasional perkantoran”, dengan indikator kinerja: Persentase pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai DJPT (%) sebesar 100 % setiap tahunnya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Persentase pemenuhan layanan perkantoran DJPT (%)sebesar 100 % setiap tahunnya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

49

Bab 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1

III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah menetapkan 7 (tujuh) arah kebijakan umum yakni (1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, (2) Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan, (3) Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan, (4) Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan perubahan iklim, (5) Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh, (6) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, dan (7) Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Kerangka pencapaian tujuan RPJMN 2015-2019 dirumuskan lebih lanjut dalam 9 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawa Cita), yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

50

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, salah satu dimensi pembangunan sektor unggulan yang terkait dengan KKP adalah“kemaritiman dan kelautan” dan “kedaulatan pangan” dengan sasaran pokok nasional sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sasaran Pembangunan Nasional Sektor Unggulan Sasaran Pembangunan Nasional Sektor Unggulan

No. 1

Sasaran 2019

12,4

18,8

52%

87%

22,4

40-50

21 unit

24 unit

15,7

20

Kedaulatan Pangan •

2

Baseline 2014

Produksi Ikan (juta ton)

Maritim dan Kelautan •



Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar o Meningkatnya ketaatan pelaku usaha perikanan Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan o Produksi hasil perikanan (termasuk rumput laut) (juta ton) o Pengembangan Pelabuhan Perikanan o Peningkatan luas kawasan konservasi laut (juta ha)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, strategi pembangunan nasional yang terkait dengan tugas KKP adalah:

51

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

1. Agenda/Nawa Cita ke-1 : Sub Agenda : Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim a. Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara terpadu. b. Menyempurnakan sistem penataan ruang nasional dengan memasukkan wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang nasional/regional. c. Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Maritim untuk penguasaan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan maritim untuk kesejahteraan rakyat. d. Meningkatkan sarana prasarana, cakupan pengawasan, dan peningkatan kelembagaan pengawasan sumber daya kelautan. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan. f.

Mengintensifkan penegakan hukum dan pengendalian Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

2. Agenda/Nawa Cita ke-4: Sub Agenda : Pemberantasan Perikanan Illegal/IUU Fishing a. Peningkatan koordinasi dalam penanganan pelanggaran tindak pidana perikanan. b. Penguatan sarana sistem pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. c. Penataan sistem perizinan usaha perikanan tangkap. d. Peningkatan penertiban ketaatan kapal di Pelabuhan Perikanan. 3. Agenda/Nawa Cita ke-6 : Sub Agenda : Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Melalui Peningkatan Hasil Perikanan a. Peningkatan mutu, nilai tambah dan inovasi teknologi perikanan. b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perikanan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

52

c. Penyempurnaan tata kelola perikanan. d. Pengelolaan perikanan berkelanjutan. 4. Agenda/Nawa Cita ke-7 : Sub Agenda: Peningkatan Kedaulatan Peningkatan Produksi Perikanan

Pangan

melalui

a. Ekstensifikasi dan intensifikasi usaha perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi. b. Penguatan faktor input dan sarana prasarana pendukung produksi. c. Penguatan keamanan produk pangan perikanan. Sub Agenda : Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan a. Pemanfaatan sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir. b. Penyediaan data dan informasi sumber daya kelautan yang terintegrasi (one map policy) dalam rangka mendukung pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya hayati laut. d. Pengembangan SDM dan IPTEK kelautan yang berkualitas dan meningkatnya wawasan dan budaya bahari. e. Peningkatan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir. Pelaksanaan agenda pembangunan nasional dalam Nawa Cita selanjutnya dituangkan dalam Quick Wins dan Program Lanjutan lainnya, yang ditugaskan kepada setiap K/L.

3.2

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2015-2019 ditetapkan dengan memperhatikan 3 dimensi pembangunan nasional,

53

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

yakni SDM, sektor unggulan, dan kewilayahan. Sektor kelautan dan perikanan telah dijadikan sektor unggulan nasional, yang penjabarannya dilaksanakan KKP dengan pendekatan fungsi/bisnis proses mulai dari hulu sampai hilir, peran KKP yang dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan, serta tugas KKP dalam pelaksanaan Agenda Pembangunan Nasional/Nawa Cita. Arah kebijakan KKP disusun menjabarkan 3 misi pembangunan, yang pelaksanaannya akan berbasis pada komoditas, ekosistem, dan kewilayahan, yang akan dipercepat dengan peningkatan koordinasi dan sinergi lintas K/L terkait dan penguatan peran Pemerintah Daerah. Arah kebijakan KKP tahun 2015-2019 adalah: a. Memberantas Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Arah kebijakan ini sejalan dengan agenda pembangunan/NawaCita ke-1 dan ke-4, serta menjabarkan misi KKP yang terkait dengan kedaulatan. b. Meningkatkan kemandirian dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Arah kebijakan ini sejalan dengan agenda pembangunan/Nawa Cita ke-6 dan ke-7, serta menjabarkan misi KKP yang terkait dengan keberlanjutan. c. Meningkatkan pemberdayaan, daya saing, kemandirian, dan keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan. Arah kebijakan ini sejalan dengan agenda pembangunan/Nawa Cita ke-6 dan ke-7, serta menjabarkan misi KKP yang terkait dengan kesejahteraan. d. Mengembangkan SDM yang kompeten dan IPTEK yang inovatif. Arah kebijakan ini ditetapkan untuk mendukung pelaksanaan 3 misi yakni kedaulatan, keberlajutan, dan kesejahteraan. e. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan dan akuntabel.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

54

Arah kebijakan ini ditetapkan sejalan dengan program Reformasi Birokrasi. Untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut di atas, strategi dan langkah operasional yang akan ditempuh adalah : 1. Memberantas Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, dilaksanakan dengan strategi : a. Memperkuat pelaksanaan kerangka regulasi Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) review kerangka regulasi pembangunan kelautan dan perikanan serta formulasi dan harmonisasi, termasuk peningkatan kapasitas legal drafter, (2) pengembangan sistem perlindungan nelayan tradisional, pembudidaya skala kecil, dan masyarakat kelautan dan perikanan, dan (3) diseminasi dan evaluasi berkala atas pelaksanaan kerangka regulasi. b. Menata sistem perizinan usaha perikanan Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) pengkajian stok sumber daya ikan di 11 WPPNRI, (2) penyiapan basis data potensi SDI dan perizinan usaha yang diterbitkan, (3) penerapan manajemen kuota penangkapan ikan, (4) pengelolaan sistem perizinan dan peningkatan efektivitas perizinan yang akuntabel dan transparan dengan prinsip berkelanjutan, (5) monitoring dan pengembangan sistem perizinan sesuai dengan ketentuan internasional, (6) pengembangan model dan mekanisme partisipasi publik dalam proses perencanaan, monitoring, dan kepatuhan dalam pelaksanaan perizinan usaha perikanan, dan (7) pengembangan armada perikanan nasional. c. Meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) pengkajian dan penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sumber daya perikanan, (2) pengembangan sistem monitoring dan pelaporan kapasitas penangkapan ikan, dan (3) pengkajian sumber penerimaan baru dari sumber daya kelautan dan perikanan dengan prinsip berkelanjutan.

55

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

d. Meningkatkan kapasitas pengawasan Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan arapat penegak hukum dan instansi terkait lainnya, (2) pengembangan sistem pengawasan dan pemantauan berbasis informasi dan teknologi, (3) pengembangan sarana dan prasarana pengawasan, (4) penguatan kelembagaan Satuan Tugas Pemberantasan dan Penanggulangan IUU Fishing, (5) peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan pengawasan, (6) peningkatan kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan, (7) penguatan kerjasama regional dan internasional, (8) pemberian sanksi yang tegas yang mampu memberikan efek jera bagi pelaku maupun korporasi yang melakukan pelanggaran, dan (9) penguatan pengawasan di wilayah perbatasan. 2. Meningkatkan Kemandirian dalam Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan, dilaksanakan dengan strategi dan langkah operasional sebagai berikut : a. Memperkuat sistem pengelolaan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) penetapan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) di setiap WPPNRI, (2) penguatan kelembagaan pengelola WPPNRI, termasuk revitalisasi Forum Koordinasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan (FKPPS), (3) pengaturan penggunaan alat tangkap dan alat bantu penangkapan, (4) pengembangan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang ramah lingkungan, (5) peningkatan kepatuhan terhadap ketentuan organisasi perikanan regional (Regional Fisheries Management Organization), (6) penguatan kerjasama antarinstansi terkait dan kerjasama regional dan internasional, (7) penguatan pengawasan di WPP, dan (8) penguatan peran basis data termasuk penyempurnaan data statistik, pengembangan observer, penguatan log book penangkapan ikan, serta penguatan data kapal perikanan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

56

b. Meningkatkan perlindungan jenis ikan tertentu Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) larangan ekspor benih ikan tertentu, (2) larangan penangkapan jenis ikan tertentu, (3) perlindungan spawning ground dan nursery ground, (4) konservasi jenis ikan tertentu, dan (5) pengawasan peredaran dan perdagangan jenis ikan yang dilindungi dan dilarang. c. Penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) penyusunan rencana tata ruang laut nasional, (2) penyusunan rencana zonasi kawasan laut, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan prioritas pada rencana zonasi kawasan strategis nasional, rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi kawasan antarwilayah, dan (3) pengawasan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. d. Rehabilitasi ekosistem dan pengelolaan kawasan konservasi Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) rehabilitasi wilayah pesisir dan di sentra produksi perikanan, (2) pengendalian pencemaran, mitigasi bencana dan adaptasi dampak perubahan iklim, (3) peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, (4) peningkatan ketangguhan terhadap bencana dan dampak perubahan iklim, dan (5) pengawasan kawasan konservasi perairan. e. Mendayagunakan pulau-pulau kecil Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) pengembangan ekonomi di pulau-pulau kecil terluar, (2) pengembangan kawasan ekowisata maritim, (3) pengembangan kawasan pembangunan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau prioritas, dan (4) mendorong penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB.

57

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

3. Meningkatkan Pemberdayaan, Daya Saing, Kemandirian, dan Keberlanjutan Usaha Kelautan dan Perikanan a. Meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan serta daya saing usaha kelautan dan perikanan Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) peningkatan produksi perikanan yang bermutu dan bernilai tambah untuk mencapai tingkat pasar premium, (2) pengembangan usaha garam menuju swasembada garam nasional, (3) pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), (4) pengembangan Sistem Informasi Nelayan Pintar, (5) pengembangan sistem karantina ikan, (6) pengembangan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, (7) pengembangan akses pasar dan market intellegence, (8) pengembangan sistem penyangga harga ikan, rumput laut, dan garam, (9) pengembangan sentra perikanan terpadu yang diintegrasikan dengan kawasan minapolitan, (10) pembangunan pasar ikan terintegrasi, (11) pengembangan komoditas ekspor, (12) peningkatan konsumsi ikan dan gizi masyarakat, (13) pengembangan sentra kuliner berbasis ikan, (14) pengembangan produk kelautan dan perikanan, (15) pengembangan pelabuhan perikanan yang mendukung konektivitas tol laut, (16) penguatan sistem pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan di sentra produksi, (17) pengembangan sarana prasarana di sentra produksi, (18) peningkatan kualitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan (19) pengembangan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional. b.

Meningkatkan pemberdayaan dan kapasitas usaha kelautan dan perikanan Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) peningkatan kapasitas dan efisiensi usaha, (2) pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) perikanan, (3) penguatan kelembagan kelompok masyarakat, (4) pengembangan pakan mandiri, (5) penerapan teknologi anjuran yang ramah lingkungan, (6) pengembangan konversi BBM ke BBG untuk kapal nelayan, (7) pemberdayaan perempuan dalam pengembangan usaha, (8) peningkatan akses permodalan, (9) pengembangan mata pencaharian alternatif, dan (10) penciptaan wira usaha baru.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

58

4. Mengembangkan SDM yang Kompeten dan IPTEK yang Inovatif a. Meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM kelautan dan perikanan Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) peningkatan kapasitas SDM KP berbasis kompetensi dan penciptaan SDM baru terampil dan ahli, (2) peningkatan keterampilan masyarakat dalam penerapan IPTEK dan teknologi tepat guna, (3) pemberian akses pendidikan bagi anak pelaku utama di satuan pendidikan lingkup KKP, (4) penyelenggaraan program pendidikan vokasi bidang KP dengan pendekatan teaching factory, (5) peningkatan jumlah dan kapasitas kelembagaan pendidikan KP sebagai pusat rujukan dan lembaga sertifikasi SDM KP, (6) peningkatan kerjasama kemitraan dengan para pihak dalam rangka pengkayaan/pemanfaatan sumber belajar, (7) penguatan kelembagaan dan kerjasama untuk peningkatan kapasitas SDM KP, (8) pengembangan materi uji kompetensi keahlian bidang KP, (9) pengembangan budaya dan wawasan bahari (maritim), (10) pengembangan Politeknik Kelautan dan Perikanan, (11) pengembangan karakter menjadi nelayan hebat dan pembudidaya ikan mandiri, dan (10) pengembangan technopark melalui inkubator kewirausahaan KP. b. Mengembangkan IPTEK kelautan dan perikanan yang inovatif Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) pengembangan kerjasama pemanfaatan hasil litbang KP oleh Unit Kerja Eselon I KKP, K/L terkait, Pemerintah Daerah, masyarakat, serta industri, (2) pengembangan road map litbang KP nasional, antara lain dengan penguatan jejaring perguruan tinggi yang memiliki jurusan KP untuk pemetaan sumber daya litbang KP dan pengembangannya, (c) penguasaan dan inovasi teknologi perbenihan, produksi induk unggul, dan pembesaran komoditas ikan strategis, (d) pengembangan sistem informasi induk dan benih serta penyediaan calon induk dan benih unggul untuk masyarakat, (e) peningkatan dukungan IPTEK bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam antara lain melalui kegiatan eksplorasi biota laut, pengembangan bioteknologi, serta pengembangan IPTEK untuk masyarakat (IPTEKMAS), (f) pengembangan pusat data dan informasi ilmiah kelautan nasional,

59

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

(g) percepatan dan perluasan penerapan dan alih teknologi hasil inovasi, dan (h) pengembangan technopark berbasis perikanan rakyat. 5. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Transparan, dan Akuntabel a. Meningkatkan kinerja organisasi dan Aparatur Sipil Negara (ASN) KKP Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (1) penataan kelembagaan, (2) penyiapan peraturan perundang-undangan, (3) penerapan manajemen kinerja melalui penerapan metoda Balanced Scorecard (BSC) dan pelaksanaan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), (4) integrasi sistem pelaporan kinerja instansi pemerintah dan peningkatan akses publik terhadap informasi kinerja KKP, (5) penerapan manajemen ASN yang transparan, kompetitif, berbasis kompetensi dan profesionalisme, (6) pengembangan budaya kerja, (7) peningkatan penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), (8) penerapan sistem pengawasan internal yang profesional dan sinergis, dan (9) peningkatan efektivitas implementasi pencegahan dan kebijakan anti korupsi menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). b. Meningkatkan kualitas data dan informasi serta kualitas pelayanan publik Langkah operasionalyang akan dilakukan adalah (1) transparansi dan modernisasi sistem data dan informasi perikanan (open government policy), (2) penguatan data statistik kelautan dan perikanan, (3) peningkatan kualitas pelayanan publik dan penguatan manajemen pengendalian kinerja pelayanan publik, dan (4) penerapan e-government untuk mendukung manajemen birokrasi secara modern.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

60

2. Quick Wins dan Program Lanjutan Pelaksanaan agenda pembangunan nasional dalam Nawa Cita dituangkan dalam Quick Wins dan Program Lanjutan lainnya, yang ditugaskan kepada setiap K/L. Quick Wins merupakan langkah inisiatif yang mudah dan cepat dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang dijalankan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat. Program Quick Wins yang menjadi tugas KKP tahun 2015-2019 antara lain: a. Membangun Gerakan Nelayan Hebat, antara lain melalui (1) pengembangan armada penangkapan ikan 30 GT di wilayah perbatasan sebanyak 25 unit per tahun, (2) pembangunan cold storage di 100 sentra nelayan dalam rangka Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), (3) pengembangan sistem Informasi Nelayan Pintar di 100 sentra nelayan, (4) jaminan pasokan BBM untuk nelayan (berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk pasokan ke SPDN dan relokasi BBM ke BBG), dan (5) sertifikasi Hak atas Tanah Nelayan/Pembudidaya sebanyak 30.000 bidang per tahun. b. Membangun Gerakan Kemandirian Pembudidaya Ikan, antara lain melalui (1) penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) untuk 20.000 pembudidaya sampai tahun 2019, (2) penjaminan mutu benih di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan unit pembenihan lainnya pada 900 unit pembenihan sampai tahun 201, (3) pengembangan 100 Kebun Bibit rumput laut dengan kultur jaringan sampai tahun 2019, (4) penerapan teknologi biofloc budidaya lele dan patin di 24 lokasi sampai tahun 2019. c. Gerakan Cinta Laut dan Rehabilitasi Kawasan PANTURA Jawa, antara lain melalui (1) penanaman mangrove 3 juta batang per tahun sampai tahun 2018, (2) pembangunan sabuk pantai 7,5 km sampai tahun 2016, dan (3) pembangunan rekayasa hybrid 25 km sampai tahun 2016. d. Gerakan Ekonomi Kuliner Rakyat Kreatif dari Hasil Laut, melalui (1) Lomba bazar aneka masakan hasil laut di 35 lokasi per tahun, (2) Lomba inovasi menu masakan hasil laut di 35 lokasi per tahun,

61

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

dan (3) Pendirian dan penataan 25 sentra kuliner masakan hasil laut di kota pesisir sampai 2019. e. Pencanangan pembangunan 24 techno park berbasis perikanan rakyat. f.

Mendukung operasi keamanan laut di perairan perbatasan, melalui peningkatan operasional kapal pengawas (minimal 210 hari layar pada tahun 2015 dan 280 hari per tahun mulai tahun 2016 sampai 2019).

g. Pengembangan kawasan ekowisata maritim melalui (1) pengembangan 6 sentra wisata bahari berbasis pulau kecil sampai 2019, dan (2) partisipasi dalam Pekan Wisata Maritim (berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata). h. Realokasi subsidi solar menjadi BBG ke nelayan, yaitu Penyediaan BBG untuk 600.000 nelayan sampai 2019 (berkoordinasi dengan Kementerian ESDM). Di samping Quick Wins, terdapat program lanjutan lainnya yang menjadi tugas KKP antara lain: a. Peningkatan produksi kelautan dan perikanan dua kali lipat menjadi sekitar 40-50 juta ton pada tahun 2019, pembangunan 100 sentra perikanan terpadu dan penerapan best aquaculture practices, melalui (1) pengembangan 100 sentra nelayan terpadu dan pengembangan 1.000 (seribu) kawasan sentra/kampung nelayan sampai tahun 2019, (2) pengembangan budidaya laut di keramba jaring apung (KJA), pengembangan pakan mandiri, pengembangan sarana prasarana perikanan budidaya, (3) pengembangan 100 sentra perikanan terpadu sampai tahun 2019, (4) penguatan sarana prasarana distribusi hulu-hilir hasil perikanan, (5) stock assesment, pemetaan marikultur, pengembangan IPTEKMAS, dan penggunaan citra radar satelit untuk penanggulangan IUU fishing, (6) penerapan integrated quarantine and safety control mechanism dan biosecurity, pemantauan Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK), dan penerapan Hazaard Analysis Critical Control Point (HACCP), (7) pelatihan dan penyuluhan untuk mendukung peningkatan produksi, serta pendidikan untuk penambahan peserta didik dan pengembangan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

62

Politeknik Kelautan dan Perikanan, (8) peningkatan kualitas dan produksi usaha garam rakyat menuju swasembada garam industri, dan (9) penguatan Decision Support System (DSS) dan pengembangan kapasitas kelembagaan, serta (10) peningkatan pengawasan pelaksanaan program pembangunan. b. Pemberantasan IUU fishing, melalui (1) pengembangan sarana prasarana pengawasan (kapal pengawas dan sarana pengawasan lainnya) dan (2) penguatan kelembagaan pengawas dan peningkatan pengawasan SDKP. c. Rehabilitasi kerusakan pesisir, pengelolaan kawasan konservasi perairan, penataan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dan peningkatan kesejahteraan di pulau-pulau kecil terluar (PPKT), melalui (1) rehabilitasi ekosistem, (2) pengembangan kawasan konservasi perairan, (3) pengelolaan efektif kawasan konservasi perairan dan jenis ikan, (4) penataan ruang dan zonasi wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, dan (5) pengembangan sarana prasarana dasar di pulau-pulau kecil terluar.

3. Pengarusutamaan dan Pengembangan Kewilayahan Pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2015-2019 juga terkait dengan pengarusutamaan dan pembangunan lintas bidang, yakni (1) pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, (2) pengarusutamaan tatakelola pemerintahan yang baik, (3) pengarusutamaan gender (PUG), serta (4) pembangunan lintas bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pengarusutamaan gender akan dilakukan antara lain melalui penerapan perencanaan dan penganggaran responsif gender (PPRG), penguatan kelembagaan PUG di KKP, penyiapan roadmap PUG, penyusunan data terpilah, pengembangan statistik gender, sinkronisasi dengan pemerintah daerah, pengembangan model pelaksanaan PUG terintegrasi antar unit eselon I di KKP dan antar pusat-daerah. Pembangunan nasional dalam lima tahun mendatang (2015-2019) akan difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah dengan mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan,

63

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kerangka pengembangan wilayah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah di sektor kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut : 1.

Percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sebagai penggerak utama pertumbuhan dengan menggali potensi dan keunggulan daerah. Pengembangan kawasan/sentra perikanan terpadu diprioritaskan di kawasan Minapolitan dengan mendorong industrialisasi untuk mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru.

2.

Percepatan pembangunan ekonomi wilayah berbasis maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, antara lain melalui pengembangan kawasan wisata bahari.

3.

Peningkatan investasi Pemerintah, BUMN/BUMD, dan Swasta akan dioptimalkan pada kawasan/sentra perikanan terpadu untuk memicu dampak penggandanya (multiplier effect) pada daerah sekitarnya.

4.

Peningkatan pembangunan ekonomi di kawasan/sentra perikanan terpadu tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.

5.

Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK kelautan dan perikanan untuk mendukung pengembangan kawasan/sentra perikanan terpadu.

6.

Dari sisi regulasi, KKP secara berkelanjutan terus berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif bagi para investor, antara lain dengan melakukan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

64

deregulasi (debottlenecking) terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan investasi. 7.

Penetapan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Secara nasional, pengembangan wilayah didasarkan pada potensi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah, serta posisi geografis strategis di masing-masing pulau. Adapun tema pengembangan wilayah di setiap pulau yang terkait dengan sektor kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut : a. Pembangunan Wilayah Pulau Papua: percepatan pengembangan ekonomi kemaritiman melalui pengembangan industri perikanan dan parawisata bahari. b. Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku: produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; pariwisata bahari. c. Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara: penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut. d. Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi: percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari. e. Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan: menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional. f.

Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali: percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.

g. Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera: percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari. Pengembangan kewilayahan akan difokuskan pada pengembangan lokasi-lokasi Minapolitan. Pengembangan konsep Minapolitan ditujukan

65

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pada kawasan yang memiliki potensi dan telah mengembangkan komoditas yang dapat memberikan dampak yang besar bagi peningkatan perekonomian lokal. Peningkatan kawasan Minapolitan dilakukan antara lain melalui peningkatan skala ekonomi, integrasi huluhilir, branding produk kelautan dan perikanan, pengolahan nir limbah, memperhatikan market driven, dan lain-lain. Di samping itu, akan ditingkatkan fasilitasi kepastian usaha dari aspek legal, seperti komitmen daerah dalam kerangka regulasi dan kelembagaan (RTRW, Rencana Induk, RPIJM, pembentukan POKJA, dll). Peningkatan integrasi dan sinergi kegiatan lintas unit kerja eselon I KKP, lintas K/L, dan pusatdaerah menjadi perhatian ke depan. Selama periode 2015-2019. KKP akan mengembangkan 100 sentra perikanan terpadu, sesuai dengan potensi dan keunggulan wilayah, dengan mengintegrasikan antar pendekatan sektoral dengan regional. Hal yang sama akan dilakukan di lokasi prioritas lainnya berbasis gugus pulau seperti di Simeulu, Natuna, Tahuna/Sangihe, Saumlaki, dan Merauke, serta lokasi strategis lainnya. Di samping itu, akan dilakukan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku dalam rangka mendukung Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional, yang akan difokuskan pada pengembangan klaster-klaster dan pemulihan stok sumber daya ikan tuna. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, baik di pusat maupun di daerah; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

66

3.3

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP

Kebijakan dan strategi pembangunan perikanan tangkap terutama dilaksanakan untuk mendukung pembangunan nasional/Nawa Cita ke-6, yakni "meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya"dan mendukung Nawa Cita ke-7, yakni "mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik" serta untuk mendukung misi pembangunan kelautan dan perikanan yang ke-2, yakni mewujudkan misi keberlanjutan. Kebijakan dan strategi pembangunan perikanan tangkap dilaksanakan melalui sinergi pembangunan dengan sub bidang lainnya untuk mendorong pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Sinergi pembangunan untuk mewujudkan keberlanjutan digambarkan dalam skema berikut.

Gambar 3.1 Sinergi Pembangunan Mewujudkan Misi Keberlanjutan Pembangunan perikanan tangkap diarahkan untuk mendukung keberlanjutan sumber daya ikan dan keberlanjutan usaha perikanan. Dalam mendukung misi keberlanjutan tersebut diperlukan sinergi antara

67

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pemerintah dengan para stakeholder terkait, khususnya usaha.

para pelaku

Pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan perlu didukung dengan perangkat regulasi yang kondusif, penyediaan data dan informasi yang tepat dan akurat, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, stimulus fiskal dan moneter, serta fasilitasi dan bimbingan, khususnya bagi para pelaku usaha perikanan tangkap skala kecil. Sedangkan dukungan yang dibutuhkan dari pelaku usaha adalah peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, peningkatan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, pengembangan investasi usaha, penguatan dan pengembangan akses pasar serta peningkatan inovasi usaha. HILIR

HULU

SDI

Proses Bisnis Perikanan Tangkap

Keberlanjutan sumber daya ikan

Keberlanjutan usaha perikanan tangkap

Peran Pelaku Usaha

Peran Pemerintah • Regulasi • Data dan informasi • Infrastruktur, sarana dan prasarana • Fasilitasi dan bimbingan • Pelayanan publik • Stimulus (fiskal & moneter)

Pasar

Sinergi

• • • • • •

Investasi Produksi Pemasaran Inovasi Peningkatan daya saing Kepatuhan terhadap regulasi

KEGIATAN STRATEGIS MENDUKUNG KEBERLANJUTAN

Gambar 3.2 Keterkaitan Hulu-Hilir untuk Mewujudkan Keberlanjutan Secara garis besar arah kebijakan pembangunan perikanan tangkap 20152019 dijabarkan ke dalam 4 (empat) kebijakan utama sebagai berikut: 1. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Berkelanjutan Keberlanjutan pembangunan perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya ikan yang lestari dan berkelanjutan. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya ikan, baik di perairan laut maupun di perairan umum daratan perlu diiringi dengan pengelolaan yang baik. Selain melalui pengendalian dan pengawasan yang ketat, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

68

juga perlu diiringi dengan upaya pemulihan dan pelestarian sumber daya ikan, sehingga mampu memberikan manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat, baik bagi para pelaku usaha perikananan (nelayan, pengolah, dan pemasar) maupun bagi masyarakat di daerah pesisir lainnya. Manfaat yang dihasilkan bukan hanya manfaat secara ekonomi saja, namun juga manfaat terhadap lingkungan, budaya, dan iptek. Pengembangan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengutamakan keseimbangan antara pemanfaatan dengan pengelolaannya. Pengelolaan sumber daya ikan diarahkan untuk: (1) memperkuat pengelolaan berbasis wilayah pengelolaan perikanan (WPP), termasuk pengelolaan perikanan laut dalam serta (2) meningkatkan pengelolaan perikanan berbasis wilayah pengelolaan perairan umum daratan (WPPUD). Upaya-upaya tersebut diiringi dengan penerapan prinsipprinsip perikanan yang bertanggungjawab serta didukung dengan penguatan kepatuhan terhadap aturan pengelolaan perikanan yang berlaku secara internasional. 2. Ketahanan Pangan dan Gizi Berbasis Komoditas Perikanan Tangkap Ketahanan pangan telah menjadi isu strategis nasional. Sebagai negara kepulauan dengan 2/3 wilayahnya berupa perairan yang di dalamnya terkandung sumber daya alam yang melimpah termasuk untuk menghasilkan bahan pangan, maka perairan Indonesia mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Laut beserta sumber daya ikan yang terkandung di dalamnya mempunyai nilai strategis sebagai penghasil sumber pangan bergizi yang berasal dari perairan. Penyediaan bahan pangan bergizi sangat penting untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan generasi mendatang. Sumber-sumber protein yang berasal dari lautan merupakan sumber asupan bahan pangan dengan nutrisi tinggi dan sebagian besar komoditas perikanan yang diekstraksi dari laut merupakan komoditas yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan.

69

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Penguatan ketahanan pangan dan gizi berbasis komoditas perikanan tangkap diarahkan untuk: (1) memenuhi permintaan akan kebutuhan hasil perikanan sebagai bahan pangan secara berkesinambungan, (2) meningkatkan kualitas komoditas hasil perikanan tangkap yang berperan sebagai penyedia bahan pangan (protein hewani) yang bergizi untuk masyarakat Indonesia dan dunia, (3) menyediakan bahan pangan yang aman dan berkualitas untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi, terutama untuk menciptakan generasi masa depan bangsa yang sehat dan cerdas sebagai bagian dari investasi untuk kemajuan bangsa di masa depan. 3. Daya Saing Perikanan Tangkap Daya saing masih menjadi isu utama dalam pengembangan sub bidang perikanan tangkap. Rendahnya produktivitas dan efisinsi usaha perikanan tangkap, terbatasnya penguasaan teknologi, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan, lemahnya akses pasar produk-produk perikanan Indonesia ke pasar internasional serta hambatan regulasi dinilai menjadi penyebab masih lemahnya daya saing perikanan tangkap nasional. Untuk mengatasi lemahnya daya saing perikanan tangkap tersebut perlu dilakukan akselerasi agar daya saing dapat terus ditingkatkan. Peningkatan daya saing selain dilakukan di sektor hulu (penangkapan) juga dilakukan di sektor hilr (pemasaran). Dengan demikian akan terwujud mata rantai bisnis perikanan yang lebih efisien dan berdaya saing. Sinergi hulu dan hilir dan dukungan segenap stakeholder juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing perikanan tangkap di level internasional. Faktor kunci dalam peningkatan daya saing adalah: (1) regulasi yang kondusif, (2) suku bunga perbankan yang kompetitif, (3) inovasi yang menghasilkan nilai tambah, (4) efisiensi dan peningkatan produktivitas usaha, (5) iklim usaha yang mendukung kompetisi yang fair dan sehat, (6) penguasaan market intellegence dan (7) penguatan akses pasar. Peningkatan daya saing perikanan tangkap diarahkan untuk: (1) menciptakan usaha perikanan tangkap yang semakin efisien dan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

70

memiliki produktivitas yang baik, (2) menyediakan produk-produk perikanan tangkap yang aman dan berkualitas tinggi, (3) meningkatkan keuntungan usaha bagi para pelaku usaha perikanan tangkap khususnya para nelayan dan menjadikan produk-produk perikanan tangkap Indonesia diterima di pasar dunia dan mampu bersaing dengan produk-produk perikanan dari negara-negara lain, sehingga kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan tangkap dapat meningkat. 4. Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Pembangunan perikanan tangkap diarahkan untuk menurunkan jumlah nelayan miskin yang tersebar di sentra-sentra perikanan di berbagai daerah di Indonesia. Angka kemiskinan nelayan akan semakin menurun apabila nelayan semakin sejahtera yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatannya. Nelayan sebagai pelaku utama dalam kegiatan usaha perikanan tangkap sangat rentan terhadap tekanan eksternal, sehingga mudah terperangkap dalam kemiskinan. Terlebih lagi sebagian besar nelayan merupakan nelayan dengan skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan akses terhadap sumber daya ikan, teknologi, permodalan dan pasar. Masih tingginya angka kemiskinan nelayan diakibatkan oleh ketidakberdayaan nelayan secara kultural dan struktural. Penyebab ketidakberdayaan nelayan tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: a)

Ketidakberdayaan struktural, antara lain disebabkan oleh sistem ekonomi makro yang tidak kondusif dan kurang mendukung pembangunan nelayan seperti keterbatasan akses terhadap: sumber daya alam, permodalan, infrastruktur dan sarana, pemasaran serta akses terhadap IPTEK yang meliputi pendidikan, informasi dan transfer teknologi.

b)

Ketidakberdayaan kultural, antara lain disebabkan oleh sistem budaya dan SDM yang kurang kondusif bagi kemajuan nelayan yaitu pendidikan dan keterampilan, pola hidup masyarakat konsumtif, sikap mental yang destruktif terhadap lingkungan, adat-istiadat yang kurang terbuka, degradasi nilai-nilai kearifan

71

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

lokal, serta kurangnya keterbukaan terhadap motivasi/hal-hal baru. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan nelayan kebijakan-kebijakan pembangunan perikanan tangkap secara spesifik diarahkan untuk: (1) meningkatkan akses nelayan terhadap sumber-sumber pembiayaan dan permodalan, (2) meningkatkan akses nelayan terhadap sumber daya ikan, (3) meningkatkan akses nelayan terhadap teknologi produksi, (4) meningkatkan akses nelayan terhadap informasi pasar, serta (5) memberikan stimulus, bimbingan dan fasilitasi agar nelayan dapat mengembangkan kegiatan usahanya. Sebagai upaya untuk menjabarkan 4 (empat) kebijakan tersebut di atas, strategi pembangunan perikanan tangkap diarahkan untuk mendukung keberlanjutan sumber daya ikan dan keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Strategi pembangunan perikanan tangkap 20152019 adalah sebagai berikut: 1.

Strategi Mendukung Keberlanjutan Sumber Daya Ikan Untuk mendukung keberlanjutan sumber daya ikan, strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan perikanan tangkap adalah sebagai berikut: a)

Pengelolaan Sumber Daya Ikan Pengelolaan sumber daya ikan mempunyai peran yang sangat vital untuk menjamin keberlanjutan sumber daya ikan agar memberikan manfaat ekonomi dalam jangka panjang. Pemanfaatan sumber daya ikan dari perairan laut maupun perairan umum daratan perlu dikelola secara ketat agar para pemangku kepentingan memperoleh manfaat dari sumber daya ikan yang ada, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan hidup. Wilayah pengelolaan perikanan (WPP) Indonesia yang terbagi ke dalam 11 WPP memerlukan pendekatan pengelolaan yang berbeda sesuai karakteristik masingmasing WPP. Demikian pula berlaku untuk pendekatan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

72

dalam pengelolaan sumber daya ikan di perairan umum daratan. Karakteristik sumber daya ikan Indonesia yang memiliki sifat multispesies, multi user, dengan kompleksitas permasalahan yang tinggi membutuhkan upaya spesifik dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, pendekatan pengelolaan perikanan berbasis WPP harus mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: karakteristik masing-masing WPP dan karakteristik sumber daya ikan yang terkandung di dalamnya. Indikasi kegiatan untuk mendukung pengelolaan sumber daya ikan adalah sebagai berikut: (1) Dukungan pemberantasan IUU (illegal, unreported, unregulated) fishing menjadi LRR (legal, reported, regulated) fishing antara lain melalui: sistem informasi logbook penangkapan ikan, sistem informasi observer, dan data statistik perikanan tangkap. (2) Penyusunan manajemen WPP pasca moratorium dan inisiasi pembentukan kelembagaan Pengelolaan Perikanan di WPPN-RI (3) Pelaksanaan forum sumber daya ikan, implementasi RPP, serta pendataan, identifikasi dan pengaturan nelayan andon. (4) Pengelolaan komoditas tuna dan cakalang: penyiapan kebijakan tindakan mitigasi bycatch dan ecologycal related species (ERS), transhipment, pelaksanaan Rencana Pengelolaan Perikanan tuna cakalang tongkol serta pengembangan opsi pola usaha perikanan tongkol, disertai dengan pelaksanaan ketentuan regional dan internasional. (5) Pelaksanaan resolusi dan CMM RFMO, penyiapan dokumen kebijakan untuk RFMO serta fasilitasi pendaftaran kapal indonesia di RFMO. (6) Pengelolaan SDI di perairan umum melalui perbaikan tata kelola SDI di perairan umum, Rencana Pengelolaan 73

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Perikanan berbasis komoditas di perairan umum, dan penebaran benih ikan (restocking). (7) Perencanaan, implementasi, dan evaluasi pengelolaan SDI berbasis WPP serta implementasi EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) b)

Pengendalian Penangkapan Ikan Kegiatan usaha penangkapan ikan mempunyai kontribusi yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan. Dalam upaya mendukung keberlanjutan sumber daya ikan, pengelolaan usaha perizinan usaha perikanan tangkap serta ketersediaan data terkait dengan sumber daya ikan dan data perikanan tangkap lainnya mempunyai peranan penting. Pengelolaan sumber daya ikan merupakan pilar utama pembangunan kelautan dan perikanan mempunyai hubungan sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini, dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan persediaan sumber daya alam yang tersedia akan semakin berkurang. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu menuntut ketersediaan sumber daya dalam jumlah yang tinggi pula yang diambil dari persediaan sumber daya alam yang ada. Peran sektor perikanan semakin penting dalam penyediaan protein hewani berkualitas tinggi dan relatif murah, untuk memasok bahan baku berbagai industri serta menyediakan lapangan kerja. Sektor perikanan adalah salah satu sektor riil yang berpotensi untuk dikembangkan. Perizinan usaha penangkapan ikan sebagai kontrol untuk pengelolaan sumber daya ikan menjadi vital dalam penataan sistem perizinan usaha perikanan tangkap. Upaya menyinergikan perizinan usaha perikanan tangkap pusat dan daerah dilakukan dengan memperhitungkan potensi sumber daya ikan yang ada dan melakukan penyelarasan sistem perizinan yang selanjutnya diterapkan secara nasional. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

74

Selain itu peningkatan pelayanan usaha untuk para pelaku usaha juga diperlukan agar pelaku usaha mendapatkan jaminan kepastian berusaha sekaligus agar mematuhi berbagai regulasi dan ketentuan yang berlaku. Indikasi kegiatan untuk mendukung penangkapan ikan adalah sebagai berikut:

2.

pengendalian

1)

Kebijakan tidak membuka investasi asing di sektor hulu (penangkapan).

2)

Sistem perizinan penangkapan ikan yang terintegrasi serta peningkatan pelayanan perizinan pusat daerah.

3)

Integrasi perizinan teknologi informasi.

4)

Data Sharing System (DSS) untuk pengelolaan kapal izin daerah dan kapal izin pusat.

5)

Optimalilasi potensi PNBP dan peningkatan pendapatan yang akurat di pusat dan daerah.

6)

Pelayanan migrasi izin daerah ke pusat bagi kapal yang melakukan markdown.

7)

Dukungan rencana aksi nasional penyelamatan sumber daya alam (SDA) sektor perikanan tangkap.

Strategi Mendukung Tangkap

pusat-daerah

Keberlanjutan

yang

Usaha

berbasis

Perikanan

Strategi pembangunan sub bidang perikanan tangkap untuk mendukung keberlanjutan usaha adalah sebagai berikut: a)

Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan, dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan Salah satu fokus kebijakan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya ikan adalah pengendalian kegiatan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan salah satunya berfokus pada upaya untuk memberantas IUU fishing. Salah satu kebiakan yang diambil adalah

75

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

pemberlakuan moratorium perizinan usaha penangkapan ikan, khususnya untuk kapal-kapal perikanan buatan luar negeri (eks asing). Kebijakan moratorium tersebut memberikan kesempatan kepada nelayan dan pelaku usaha penangkapan ikan dalam negeri untuk memanfaatkan sumber daya ikan yang tersedia dengan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan. Pengelolaan kapal perikanan perikanan dan alat penangkap ikan diarahkan untuk memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada pelaku usaha perikanan tangkap nasional untuk memanfaatkan sumber daya ikan secara bertanggungjawab dan berkelanjutan. Indikasi kegiatan pengelolaan kapal perikanan, alat penangkap ikan, dan sertifikasi awak kapal perikanan adalah sebagai berikut:

b)

1)

Bantuan kapal dan alat tangkap serta penguatan armada perikanan tangkap nasional.

2)

Penerapan cara penanganan ikan yang baik (CPIB) di atas kapal.

3)

Perbaikan kualitas kapal dan sarana penanganan ikan di atas kapal.

4)

Standardisasi kapal dan alat tangkap serta kerekayasaan dan penerapan inovasi teknologi kapal dan alat penangkap ikan yang efisien dan ramah lingkungan.

5)

Pembuatan data sebaran kapal perikanan.

6)

Sertifikasi awak kapal perikanan.

7)

Identifikasi kebutuhan BBM kapal perikanan

8)

Konversi BBM ke BBG pada kapal perikanan

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan sebagai sentra perikanan tangkap mempunyai peran strategis dalam pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan dan pengelolaan pelabuhan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

76

perikanan diarahkan untuk menjadi sentra perikanan terpadu. Pengembangan sentra perikanan terpadu merupakan salah satu upaya untuk mengakselerasikan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan. Sentra perikanan terpadu merupakan pengembangan terintegrasi antara pra produksi, penangkapan, pasca panen dan pemasaran hasil perikanan beserta konektivitasnya. Faktor kunci dari sentra perikanan terpadu adalah keterpaduan antara kegiatan di hulu dan hilir untuk menciptakan interkoneksi yang mampu menciptakan multiplier effect dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Gambar 3.3 Pelabuhan Perikanan sebagai Sentra Perikanan Terpadu dan Konektivitasnya Pengembangan pelabuhan perikanan sebagai sentra perikanan terpadu merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan daya saing usaha perikanan tangkap melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kelancaran kegiatan ekonomi dan bisnis berbasis perikanan. Pengembangan sentra perikanan

77

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

terpadu juga didukung dengan pengembangan konektivitasnya untuk memperkuat akses distribusi produk dan pengembangan pemasaran hasil perikanan. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat tercipta mata rantai kegiatan ekonomi berbasis perikanan tangkap yang terintegrasi dan efisien, sehingga mampu mengurangi komponen biaya dari proses produksi (hulu) sampai dengan pemasaran (hilir). Dengan demikian akan terbentuk usaha perikanan tangkap yang maju dan berdaya saing. Selain itu keberadaan pelabuhan perikanan harus mampu memberikan manfaat untuk pelaku usaha dan masyarakat yang ada di wilayah pelabuhan perikanan tersebut. Indikasi kegiatan untuk mendukung pengelolaan pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan forum pelabuhan perikanan. 2) Pelaksanaan operasional pelabuhan perikanan serta peningkatan pelayanan dan pengusahaan di pelabuhan perikanan, termasuk kecukupan pasokan BBM, air bersih, es, listrik, dll. 3) Identifikasi, penyiapan, dan pengembangan pelabuhan perikanan, penetapan WKOPP, serta penetapan kelembagaan dan kelas pelabuhan perikanan. 4) Penerapan pengelolaan pelabuhan perikanan yang ramah lingkungan, port state measure, dan dukungan fish market. 5) Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pelayanan (SOP) di pelabuhan perikanan dan penerapan ISO 9001:2008. 6) Penerapan Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) di pelabuhan perikanan. 7) Pelayanan kesyahbandaran dan SHTI. 8) Penerapan teknologi komunikasi serta pelaksanaan integrasi dan keterpaduan antarpelabuhan perikanan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

78

9) Memperluas peran pelabuhan perikanan pengelolaan sumber daya ikan di setiap WPP.

c)

dalam

Pengelolaan Kenelayanan Nelayan sebagai stakeholder utama menjadi prioritas dalam pembangunan perikanan tangkap 2015-2019. Nelayan menjadi subjek utama dalam pembangunan. Partisipasi nelayan sebagai pelaku utama perikanan tangkap diharapkan dapat mendorong pengembangan sub sektor perikanan tangkap yang diharapkan dapat menjamin kerberlanjutan usaha perikanan tangkap dan peningkatan kesejahteraan nelayan. Indikasi kegiatan pengelolaan kenelayanan adalah sebagai berikut: (1) Penumbuhan KUB menjadi koperasi. (2) Penciptaan model-model sumber pembiayaan dan permodalan serta fasilitasi akses pendanaan nelayan. (3) Penciptaan model-model fasilitasinya.

kemitraan

usaha

(4) Pengelolaan dan diversifikasi usaha nelayan (5) Penataan sentra/kampung nelayan. (6) Pembinaan informasi kenelayanan. (7) Sertifikasi Hak Atas Tanah Nelayan. (8) Asuransi nelayan. (9) Kartu nelayan.

79

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

dan

3.4

KERANGKA REGULASI

Dalam rangka melaksanakan arah kebijakan dan strategi pembangunan tahun 2015-2019, diperlukan kerangka regulasi untuk mendorong pembangunan sub bidang perikanan tangkap. Kerangka regulasi yang dibutuhkan sebagaimana pada berikut. Tabel 3.2 Kerangka Regulasi yang Dibutuhkan NO

POKOK REGULASI

MATERI YANG DIATUR

REGULASI TERKAIT

1

Rancangan UndangUndang tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

1. Pengelolaan Sumber Daya Ikan berkelanjutan, Kelembagaan Lokal dan Internasional, Pungutan Retribusi Perikanan, Pelimpahan Tugas dan Kewenangan Pemerintah Daerah, dan Penegakan Hukum 2. Penguatan penegakan hukum di bidang perikanan 3. Penguatan mekanisme pengawasan pemanfaatan perikanan yang jelas

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif. 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina, hewan, ikan, dan tumbuhan. 4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

2

Rancangan UndangUndang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan

1. Perencanaan 2. Perlindungan Nelayan 3. Pemberdayaan Nelayan 4. Pembiayaan dan pendanaan 5. Pengawasan

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

80

NO

3

POKOK REGULASI

Rancangan UndangUndang tentang Landas Kontinen Indonesia

81

MATERI YANG DIATUR

REGULASI TERKAIT

6. Peran serta masyarakat

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 1 Tahun 2014. 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Pengaturan Landas Kontinen yang selaras dengan perkembangan peraturan perundangundangan nasional dan hukum laut internasional. Sedangkan jangkauannya adalah mampu mengatur landas Kontinen, baik didalam maupun di luar 200 mil laut (extended continental

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1982 tentang Pengesahan UNCLOS 1982 (Hukum laut Internasional) 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

NO

POKOK REGULASI

MATERI YANG DIATUR shelf). Undang-Undang No.1 Tahun 1973 hanya mengatur di dalam area 200 mil laut.

REGULASI TERKAIT

4.

5.

6.

7.

8.

9.

4

Rancangan UndangUndang tentang Zona Tambahan

Pemanfaatan area Zona Tambahan sebagai sarana meningkatkan pengamanan dan penertiban dengan melakukan

2014 tentang Kelautan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kelautan Pertahanan Negara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Minyak Bumi dan Gas

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian 2. Undang-Undang Karantina Kesehatan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

82

NO

5

MATERI YANG DIATUR

POKOK REGULASI

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kapal Perikanan

pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum nasional di area yuridiksi nasional

(Karantina Udara Nomor 1 Tahun 1962 dan Undang-Undang No. 2/1962 tentang Karantina Laut 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara

1.

Pasal 7 ayat (1) huruf k. Pasal 35 A, Pasal 36 Ayat (4), Undang-Undang Nomor 31 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009

2.

3.

4. 5.

83

REGULASI TERKAIT

Fungsi dan jenis kapal perikanan Pengadaan, impor dan modifikasi kapal perikanan Pengukuran, pendaftaran dan penandaan kapal perikanan Alat Penangkapan Ikan Pengawakan Kapal Perikanan yang meliputi kelaikan kapal sebagai fungsi kapal perikanan, kompetensi ABK dan perlindungan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

NO

POKOK REGULASI

MATERI YANG DIATUR

REGULASI TERKAIT

kerja laut di atas kapal perikanan. 6

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudi daya-Ikan Kecil

Hal-hal terkait dengan perlindungan dan pemberdayaan nelayan kecil

7

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan PulauPulau Kecil serta Sanksi Administratif Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pengaturan pemanfaatan sumber daya perairan di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam kaitannya dengan perikanan tangkap

8

Rancangan Keputusan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pemberantasan IUU Fishing

Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan IUU Fishing

Tindak lanjut Pasal 64 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009 Tindak lanjut Pasal 22C dan Pasal 71 ayat (5) UndangUndang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

Sebagai mandat dari Regional Plan of Action (RPOA) IUU Fishing

Selain itu, beberapa regulasi lainnya juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pembangunan perikanan tangkap, antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

Rencana Pengelolaan Perikanan. Potensi dan Alokasi SDI di WPP-NRI. JTB di WPP-NRI. Daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan. Ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

84

6. 7. 8. 9.

Logbook penangkapan Ikan. Observer. Pendataan statistik perikanan tangkap. Ratifikasi beberapa hukum internasional dan ketentuan RFMO terkait dengan pengelolaan sumber daya ikan.

3.5

KERANGKA KELEMBAGAAN

Kerangka kelembagaan merupakan perangkat kementerian/lembaga (struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara) yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional. Penguatan kapasitas kelembagaan Ditjen Perikanan Tangkap dilakukan dengan memperhatikan perubahan di tingkat Kementerian Kelautan dan Perikanan, yakni sebagai berikut: 1. Perubahan paradigma pengelolaan sumber daya perikanan dari production oriented ke people oriented. 2. Mandat yang diberikan, meliputi mandat konstitusional, mandat teknis, mandat pembangunan, dan mandat organisasi. 3. Kebijakan pembangunan, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, peraturan perundangan terkait yang berlaku. 4. Prinsip-prinsip pengorganisasian yang right sizing, unified function, efektif, efisien dan transparan, sesuai dengan bisnis proses pembangunan kelautan dan perikanan. 5. Tata laksana dan sumber daya aparatur.

85

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Gambar 3.4. Struktur Organisasi Ditjen Perikanan Tangkap Penataan kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dilakukan dengan melakukan penyesuaian struktur organisasi, dan nomenklatur program dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di samping itu, akan diikuti penataan kelembagaan Unit Pelaksana Teknis lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap serta penguatan kapasitas SDM terutama terkait dengan pengembangan jabatan fungsional tertentu di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Selain itu juga akan dilakukan pengembangan kelembagaan pengelolaan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

86

Bab 4 TARGET KINERJA, DAN KERANGKA PENDANAAN

IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1.TARGET KINERJA 4.1.1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis Sasaran Strategis yang telah ditetapkan merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome/impact) dari satu atau beberapa program. Indikator Kinerja Sasaran Strategis Ditjen Perikanan Tangkap yang dilaksanakan melalaui program Pengeloaan Perikanan Tangkap sebagaimana tersaji berikut. Tabel 4.1 Indikator Kinerja Program Pengelolaan Perikanan Tangkap SASARAN STRATEGIS K/L

INDIKATOR KINERJA K/L

TARGET 2015

2016

2017

2018

2019

STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1

Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

1

Pertumbuhan PDB Perikanan

2

Nilai Tukar Nelayan (NTN)

3

Rata-Rata pendapatan: a. Pendapatan RTP/bulan (Rp/RTP/ bulan) b. Pendapatan Nelayan/ bulan (Rp/nelayan/ bulan)

7,00

8,00

9,50

11,00

12,00

104.5

105.0

105.5

106.0

106.5

5,145,860

5,485,100

5,823,570

6,047,320

6,250,500

1,933,640

2,068,200

2,199,500

2,290,920

2,374,200

6,299,290

6,451,330

6,634,220

6,808,330

6,982,560

COSTUMER PERSPECTIVE 2

Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang partisipatif, bertanggungjawa

4

Jumlah produksi perikanan tangkap a.

Volume Produksi (Ton)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

87

SASARAN STRATEGIS K/L

INDIKATOR KINERJA K/L

b, dan berkelanjutan

b. 5

6

7

Nilai Produksi (Rp Juta)

Nilai investasi usaha perikanan tangkap (Rp trilyun) Jumlah penyaluran akses pemodalan perikanan tangkap (Rp milyar) Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) (WPP)

TARGET 2015

2016

2017

2018

2019

115,910,840 125,174,890 134,830,020 142,006,340 148,890,750

20

23

25

28

31

850

900

950

1,000

1,050

2

5

7

9

11

5

7

9

10

11

2

4

6

7

7

1

2

3

4

23

25

26

28

30

34

34

34

34

34

11

15

20

25

34

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 3

Tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif

8

9

10

11

12

13

88

Jumlah laut teritorial dan perairan kepulauan yang terkelola sumber daya ikannya Jumlah laut ZEEI yang terkelola sumber daya ikannya Jumlah inisiasi pengembangan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah) Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah) Jumlah identifikasi dan penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan (termasuk fasilitasi dan koordinasi pengembangan sentra perikanan terpadu) (lokasi) Jumlah penguatan dan integrasi sistem perizinan pusat-

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

SASARAN STRATEGIS K/L

INDIKATOR KINERJA K/L

14

4

Terselenggaranya tata kelola perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkelanjutan

15

16

17

18

19

20

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap yang profesional dan partisipatif

21

22

23

24

daerah (Prov/Kab/Kota) Jumlah peningkatan akses pendanaan usaha nelayan (lokasi) Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasik an Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap, dan laik simpan Jumlah kapal yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik (CPIB) di atas kapal (unit) Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi standar operasional Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi dalam SIUP Jumlah penguatan kelembagaan usaha nelayan (kelompok) Jumlah perairan yang terevaluasi sumber daya ikannya Jumlah kapal perikanan yang terdaftar sebagai kapal perikanan (unit) Jumlah pelabuhan perikanan yang optimal menerapkan sistem informasi dan keterpaduan (lokasi) Jumlah pembinaan sistem informasi kenelayanan (lokasi)

TARGET 2015

2016

2017

2018

2019

34

34

34

34

34

3

3

3

3

3

700

1,200

1,500

1,800

1,900

200

400

600

800

1,000

22

30

50

70

90

9,600

11,250

11,340

11,430

11,500

2,000

2,050

2,100

2,150

2,200

3

6

9

10

11

18.000

20,000

22,500

25,000

27,000

22

120

135

150

165

30

2

20

20

10

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

89

SASARAN STRATEGIS K/L

INDIKATOR KINERJA K/L 25

Jumlah kapal penangkapan ikan yang memenuhi kepatuhan usaha (%)

TARGET 2015

2016

2017

2018

2019

100

100

100

100

100

6

6,5

7

7,5

8

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6

7

8

9

10

11

Tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) Ditjen Perikanan Tangkap yang kompeten, profesional, dan berkepribadian Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses

26

Indeks efektivitas kebijakan pemerintah

27

Indeks kompetensi pejabat struktural dan fungsional lingkup DJPT (%)

82

84

87

89

90

28

75

80

85

90

95

Terwujudnya birokrasi Ditjen Perikanan Tangkap yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Terkelolanya anggaran Program Pengelolaan Perikanan Tangkap secara efisien dan akuntabel Terpenuhinya belanja aparatur dan belanja operasional perkantoran

29

Jumlah unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dan berbasis IT (%) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi (RB) lingkup DJPT

BB

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Sangat Baik (90-100)

Sangat Baik (90-100)

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

30

Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (%)

31

Persentase pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai DJPT (%) Persentase pemenuhan layanan perkantoran DJPT(%)

32

90

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

4.1.2.

Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan merupakan alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari suatu kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan telah ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan (output). Indikator Kinerja Kegiatan dalam Struktur Manajemen Kinerja di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit kerja Eselon II.

Tabel 4.2 Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Ikan TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

1

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya 1 kesejahteraan masyarakat nelayan 2 3

Pertumbuhan PDB perikanan (%) Nilai Tukar Nelayan

COSTUMER PERSPECTIVE Terwujudnya 4 pengelolaan perikanan tangkap 5 yang partisipatif, bertanggungjawab, 6 dan berkelanjutan 7 8

3

2017

2018

2019

7

8

9,5

11

12

104.5

105.0

105.5

106.0

106.5

5,14

5,48

5,82

6,04

6,25

1,93

2,06

2,19

2,29

2,37

6,29

6,45

6,63

6,80

6,98

115,9

125,17

134,83

142,00

148,89

20

23

25

28

31

0,85

0,90

0,95

1

1,05

2

5

7

9

11

5

7

9

10

11

Rata-Rata Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan RTP/bulan (Rp Juta/RTP/bulan) Rata-Rata Pendapatan Nelayan/bulan (Rp Juta/nelayan/bulan)

2

2016

Jumlah produksi perikanan tangkap (juta ton) Nilai produksi perikanan tangkap (Rp triliun) Nilai investasi perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah WPP yang dikelola sesuai RPP (WPP)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Tersedianya 9 Jumlah laut teritorial dan kebijakan perairan kepulauan yang pengelolaan sumber terkelola sumber daya daya ikan yang efektif ikannya (WPP) 10

Jumlah laut ZEEI yang terkelola sumber daya ikannya (WPP)

2

4

6

7

7

11

Jumlah ekosistem perairan pedalaman yang direvitalisasi (lokasi)

3

6

9

12

15

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

91

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

4

Terselenggaranya tata kelola sumber daya ikan yang adil, berdaya saing, dan berkelanjutan

12

Jumlah inisiasi pengembangan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah)

13

Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasikan (buah)

14

Jumlah ketersediaan data dan statistik perikanan tangkap (dokumen)

15

Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan (unit) Jumlah kapal perikanan yang dipantau oleh observer (unit) Jumlah perairan yang terevaluasi pengelolaan sumber daya ikannya (WPP)

16

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Ikan yang partisipatif

17

2017

2018

2019

1

2

3

4

3

3

3

3

3

7

7

7

7

7

250

500

750

1,000

1,250

500

150

200

250

300

3

6

9

10

11

84

87

89

90

80

85

90

95

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6 Terwujudnya 18 Indeks kompetensi pejabat 82 Aparatur Sipil Negara struktural dan fungsional (ASN) Direktorat lingkup Direktorat Pengelolaan Sumber Pengelolaan Sumber Daya Daya Ikan yang Ikan (%) kompeten, profesional, dan berkepribadian 7 Tersedianya 19 Persentase unit kerja 75 Manajemen Direktorat Pengelolaan Pengetahuan Sumber Daya Ikan yang Direktorat menerapkan sistem Pengelolaan Sumber manajemen pengetahuan Daya Ikan yang yang terstandar dan berbasis handal dan mudah IT (%) diakses 8 Terwujudnya 20 Nilai kinerja reformasi BB Birokrasi Direktorat birokrasi Direktorat Pengelolaan Sumber Pengelolaan Sumber Daya Daya Ikan yang Ikan efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 9 Terkelolanya 21 Nilai kinerja anggaran Baik anggaran kegiatan lingkup Direktorat (80-90) Pengelolaan Sumber Pengelolaan Sumber Daya Daya Ikan secara Ikan efisien dan akuntabel

92

2016

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Tabel 4.3 Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

1

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya 1 kesejahteraan masyarakat 2 nelayan 3

Pertumbuhan PDB perikanan (%) Nilai Tukar Nelayan

2016

2017

2018

2019

7

8

9,5

11

12

104.5

105.0

105.5

106.0

106.5

5,14

5,48

5,82

6,04

6,25

1,93

2,06

2,19

2,29

2,37

6,29

6,45

6,63

6,80

6,98

115,9

125,17

134,83

142,00

148,89

20

23

25

28

31

0,85

0,90

0,95

1

1,05

2

5

7

9

11

23

25

26

28

30

3,150

3,300

3,500

3,600

18,000

20,000

22,500

25,000

27,000

700

1,200

1,500

1,800

1,900

200

400

600

800

1,000

700

1,200

1,700

1,900

2,000

Rata-Rata Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan RTP/bulan (Rp Juta/RTP/bulan) Rata-Rata Pendapatan Nelayan/bulan (Rp Juta/nelayan/bulan)

COSTUMER PERSPECTIVE 2

Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan

4 5 6 7

8

3

4

Jumlah produksi perikanan tangkap (juta ton) Nilai produksi perikanan tangkap (Rp triliun) Nilai investasi perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah WPP yang dikelola sesuai RPP (WPP)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Tersedianya 9 Jumlah Rancangan Standar kebijakan Nasional Indonesia (RSNI) pengelolaan kapal dan sertifikasi dari inovasi perikanan, alat kapal perikanan, alat penangkap ikan penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dan sertifikasi awak kapal dihasilkan (buah) Perikanan yang 10 Jumlah alat penangkap ikan efektif dan alat bantu penangkapan ikan yang memenuhi ketentuan (unit)

Terselenggaranya tata kelola kapal perikanan, alat penangkap ikan dan sertifikasi awak kapal perikanan yang adil, berdaya saing, dan berkelanjutan

11

Jumlah kapal perikanan yang terdaftar sebagai kapal perikanan (unit)

12

Jumlah kapal penangkap ikan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap, dan laik simpan (unit) Jumlah kapal yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik di atas kapal (unit) Jumlah awak kapal perikanan yang tersertifikasi berdasarkan keahlian dan keterampilan (orang)

13

14

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

93

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015 15 16

17

18

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengelolaan kapal perikanan, alat penangkap ikan dan sertifikasi awak kapal perikanan yang partisipatif

19

Jumlah kapal perikanan yang terbangun (unit) Jumlah kapal ≥30 GT yang terbangun di wilayah perbatasan (unit) Jumlah alat penangkap ikan dan alat bantu penangkapan ikan yang terbangun dan dioperasionalkan (lokasi) Jumlah fasilitasi konversi BBM ke BBG bagi kapal perikanan (unit)

94

2017

2018

2019

3,522

475

275

175

25

25

25

25

25

16,675

5,250

4,000

3,350

1,000

1,000

1,000

1,000

800

1,200

1,500

1,800

82

84

87

89

90

75

80

85

90

95

BB

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Baik (80-90)

2,750

Jumlah operasional kapal yang dihitung produktivitasnya (unit)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6 Terwujudnya 20 Indeks kompetensi pejabat Aparatur Sipil struktural dan fungsional Negara (ASN) lingkup Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (%) Penangkap Ikan yang kompeten, profesional, dan berkepribadian 7 Tersedianya 21 Persentase unit kerja manajemen Direktorat Kapal Perikanan pengetahuan dan Alat Penangkap Ikan Direktorat Kapal yang menerapkan sistem Perikanan dan Alat manajemen pengetahuan Penangkap Ikan yang terstandar dan yang handal dan berbasis IT (%) mudah diakses 8 Terwujudnya 21 Nilai kinerja reformasi birokrasi birokrasi Direktorat Kapal Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Penangkap Ikan yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 9 Terkelolanya 22 Nilai kinerja anggaran anggaran kegiatan lingkup Direktorat Kapal Pengelolaan Kapal Perikanan dan Alat Perikanan, Alat Penangkap Ikan Penangkap Ikan, dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan secara efisien dan akuntabel

2016

163

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Tabel 4.4 Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan TARGET SASARAN STRATEGIS

1

INDIKATOR KINERJA

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya 1 kesejahteraan masyarakat 2 nelayan 3

Pertumbuhan PDB perikanan (%) Nilai Tukar Nelayan

COSTUMER PERSPECTIVE Terwujudnya 4 pengelolaan perikanan tangkap 5 yang partisipatif, bertanggungjawab, 6 dan berkelanjutan 7

8

3

Tersedianya kebijakan pengelolaan pelabuhan perikanan yang efektif

9

4

Terselenggaranya tata kelola pelabuhan perikanan yang adil, berdaya saing, dan berkelanjutan

10

11

12

13

14

15

2016

2017

2018

2019

7

8

9,5

11

12

104.5

105.0

105.5

106.0

106.5

5,14

5,48

5,82

6,04

6,25

1,93

2,06

2,19

2,29

2,37

6,29

6,45

6,63

6,80

6,98

115,9

125,17

134,83

142,00

148,89

20

23

25

28

31

0,85

0,90

0,95

1

1,05

2

5

7

9

11

55

34

34

34

34

50

60

70

80

22

30

50

70

90

102

110

120

130

150

22

32

37

42

45

3

-

5

5

5

22

22

22

23

24

Rata-Rata Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan RTP/bulan (Rp Juta/RTP/bulan) Rata-Rata Pendapatan Nelayan/bulan (Rp Juta/nelayan/bulan)

2

2015

Jumlah produksi perikanan tangkap (juta ton) Nilai produksi perikanan tangkap (Rp. triliun) Nilai investasi perikanan tangkap (Rp. triliun) Jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap (Rp. Triliun) Jumlah WPP yang dikelola sesuai RPP (WPP)

Jumlah identifikasi dan penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan (termasuk fasilitasi dan koordinasi pengembangan sentra perikanan terpadu) (lokasi) Jumlah pelabuhan perikanan yang dilakukan pengendalian pembangunan konstruksi (lokasi) Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi standar operasional Jumlah pelabuhan perikanan yang melaksanakan kesyahbandaran (lokasi) Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan SHTI (lokasi) Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan daerah prioritas (lokasi) Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

95

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015 16

17

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengelolaan pelabuhan perikanan yang partisipatif

18

Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan yang ramah lingkungan / ecoport (lokasi) Jumlah pengembangan sentra perikanan terpadu (lokasi) Jumlah pelabuhan perikanan yang optimal menerapkan sistem informasi dan keterpaduan (lokasi)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6 Terwujudnya 19 Indeks kompetensi pejabat struktural dan fungsional Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Direktorat Pelabuhan Perikanan (%) Direktorat Pelabuhan Perikanan yang kompeten, profesional, dan berkepribadian 7 Tersedianya 21 Persentase unit kerja manajemen Direktorat Pelabuhan pengetahuan Perikanan yang Direktorat menerapkan sistem Pelabuhan manajemen pengetahuan Perikanan yang yang terstandar dan handal dan mudah berbasis IT (%) diakses 8 Terwujudnya 22 Nilai kinerja reformasi birokrasi Direktorat birokrasi Direktorat Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 9 Terkelolanya 23 Nilai kinerja anggaran anggaran kegiatan lingkup Direktorat Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan secara efisien dan akuntabel

96

2016

2017

2018

2019

3

-

4

4

4

30

-

20

20

20

22

120

135

150

165

82

84

87

89

90

75

80

85

90

95

BB

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Tabel 4.5 Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Penangkapan Ikan TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

1

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya 1 kesejahteraan masyarakat nelayan 2 3

Pertumbuhan PDB perikanan (%) Nilai Tukar Nelayan

COSTUMER PERSPECTIVE Terwujudnya 4 pengelolaan perikanan tangkap 5 yang partisipatif, bertanggungjawab, 6 dan berkelanjutan 7

8

3

4

Jumlah produksi perikanan tangkap (juta ton) Nilai produksi perikanan tangkap (Rp. triliun) Nilai investasi perikanan tangkap (Rp. triliun) Jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap (Rp. Triliun) Jumlah WPP yang dikelola sesuai RPP (WPP)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Tersedianya 9 Jumlah penguatan dan kebijakan integrasi sistem perizinan pengendalian pusat-daerah penangkapan ikan (Prov/Kab/Kota) yang efektif

Terselenggaranya tata kelola pengendalian penangkapan ikan yang adil, berdaya saing, dan berkelanjutan

10

Jumlah pengelolaan basis data dan informasi usaha penangkapan ikan pusatderah (Prov)

11

Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi dalam SIUP (unit)

12

Jumlah alokasi izin yang diberikan terhadap peluang alokasi usaha penangkapan ikan yang tersedia (unit) Waktu pelayanan izin usaha penangkapan ikan (SIUP) (hari kerja /dokumen permohonan) Waktu pelayanan izin kapal penangkap/pengangkut ikan (SIPI, SIKPI) (hari kerja/dokumen permohonan)

13

14

2017

2018

2019

7

8

9,5

11

12

104.5

105.0

05.5

106.0

106.5

5,14

5,48

5,82

6,04

6,25

1,93

2,06

2,19

2,29

2,37

6,29

6,45

6,63

6,80

6,98

115,9

125,17

134,83

142,00

148,89

20

23

25

28

31

0,85

0,90

0,95

1

1,05

2

5

7

9

11

11

15

20

25

34

15

20

25

34

9,600

11,250

11,340

11,430

11,500

10,000

12,500

12,600

12,700

12,800

10

9

8

7

6

7

6

5

4

3

Rata-Rata Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan RTP/bulan (Rp Juta/RTP/bulan) Rata-Rata Pendapatan Nelayan/bulan (Rp Juta/nelayan/bulan)

2

2016

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

97

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengendalian penangkapan ikan yang partisipatif

15

Jumlah unit usaha penangkapan ikan yang terevaluasi (unit)

16

Jumlah kapal penangkapan ikan yang memenuhi kepatuhan usaha (%)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6 Terwujudnya 17 Indeks kompetensi pejabat Aparatur Sipil struktural dan fungsional Negara (ASN) lingkup Direktorat Direktorat Pengendalian Penangkapan Pengendalian Ikan(%) Penangkapan Ikan yang kompeten, profesional, dan berkepribadian 7 Tersedianya 18 Persentase unit kerja manajemen Direktorat Pengendalian pengetahuan Penangkapan Ikan yang Direktorat menerapkan sistem Pengendalian manajemen pengetahuan Penangkapan Ikan yang terstandar dan yang handal dan berbasis IT (%) mudah diakses 8 Terwujudnya 19 Nilai kinerja reformasi birokrasi Direktorat birokrasi Direktorat Pengendalian Pengendalian Penangkapan Penangkapan Ikan Ikan yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 9 Terkelolanya 20 Nilai kinerja anggaran Anggaran kegiatan lingkup Direktorat Pengendalian Pengendalian Penangkapan Penangkapan Ikan Ikan secara efisien dan akuntabel

98

2016

2017

2018

2019

2

4

6

11

100

100

100

100

100

82

84

87

89

90

75

80

85

90

95

BB

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Tabel 5. Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kenelayanan TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

1

2

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya 1 Pertumbuhan PDB kesejahteraan perikanan (%) masyarakat 2 Nilai Tukar Nelayan nelayan Rata-Rata 3 Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan RTP/bulan (Rp Juta/RTP/bulan) Rata-Rata Pendapatan Nelayan/bulan (Rp Juta/nelayan/bulan ) COSTUMER PERSPECTIVE Terwujudnya 4 pengelolaan perikanan tangkap yang 5 partisipatif, bertanggungjawab , dan 6 berkelanjutan 7

8

Jumlah produksi perikanan tangkap (juta ton) Nilai produksi perikanan tangkap (Rp triliun) Nilai investasi perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap (Rp triliun) Jumlah WPP yang dikelola sesuai RPP (WPP)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Tersedianya 9 Jumlah penguatan kelembagaan kebijakan pengelolaan usaha nelayan kenelayanan yang (kelompok) efektif 4 Terselenggaranya 10 Jumlah tata kelola peningkatan akses kenelayanan yang pendanaan usaha adil, berdaya nelayan (lokasi) saing, dan 11 Jumlah nelayan berkelanjutan yang terlindungi (orang) 3

12

13

14

Jumlah fasilitasi sertifikasi tanah nelayan (bidang tanah) Jumlah nelayan yang mampu mengelola usahanya (orang) Jumlah diversifikasi usaha keluarga

2016

2017

2018

2019

7

8

9,5

11

12

104.5

105.0

105.5

106.0

106.5

5,14

5,48

5,82

6,04

6,25

1,93

2,06

2,19

2,29

2,37

6,29

6,45

6,63

6,80

6,98

115,9

125,17

134,83

142,00

148,89

20

23

25

28

31

0,85

0,90

0,95

1

1,05

2

5

7

9

11

2,000

2,050

2,100

2,150

2,200

34

34

34

34

34

20,000

1,000,000

1,240,000

1,550,000

1,940,000

23,000

20,000

23,000

23,000

23,000

2,040

2,080

3,120

4,160

5,200

1,020

1,040

2,060

3,080

4,050

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

99

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

15

5

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengelolaan kenelayanan yang partisipatif

16

nelayan (Rumah Tangga Perikanan/RTP) Jumlah kawasan sentra /kampung nelayan yang ditata dan terintegrasi (lokasi) Jumlah pembinaan sistem informasi kenelayanan (lokasi)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 6 Terwujudnya 17 Indeks Aparatur Sipil kompetensi Negara (ASN) pejabat struktural Direktorat dan fungsional Kenelayanan yang lingkup Direktorat kompeten, Kenelayanan(%) profesional, dan berkepribadian 7 Tersedianya 18 Persentase unit manajemen kerja Direktorat pengetahuan Kenelayanan yang Direktorat menerapkan Kenelayanan yang sistem manajemen handal dan mudah pengetahuan yang diakses terstandar dan berbasis IT (%) 8 Terwujudnya 19 Nilai kinerja reformasi Birokrasi Direktorat birokrasi Direktorat Kenelayanan yang efektif, efisien, dan Kenelayanan berorientasi pada layanan prima 9 Terkelolanya 20 Nilai kinerja anggaran kegiatan anggaran lingkup Pengelolaan Direktorat Kenelayanan Kenelayanan secara efisien dan akuntabel

100

2016

2017

2018

2019

100

100

200

200

200

30

2

20

20

10

82

84

87

89

90

75

80

85

90

95

BB

BB

BB

A

A

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Baik (80-90)

Sangat Baik (90-100)

Sangat Baik (90-100)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Tabel 4.7

Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Tangkap TARGET

SASARAN STRATEGIS

COSTUMER PERSPECTIVE Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang kompeten, profesional, dan berkepribadian 2 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang handal dan mudah diakses 3 Terwujudnya birokrasi Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 4 Terkelolanya anggaran kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap secara efisien dan akuntabel 1

INDIKATOR KINERJA 2016

2017

2018

2019

1

Indeks kompetensi pejabat struktural dan fungsional lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap(%)

82

84

87

89

90

2

Persentase unit kerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dan berbasis IT (%)

75

80

85

90

95

3

Nilai kinerja reformasi birokrasi Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

BB

BB

BB

A

A

4

Nilai kinerja anggaran lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Baik Baik (80-90) (80-90)

Baik (80-90)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE Terselenggaranya 5 Persentase perencanaan, perencanaan, kerjasama, evaluasi dan kerjasama, evaluasi pelaporan program dan dan pelaporan anggaran Pengelolaan program dan Perikanan Tangkap anggaran berdasarkan data yang Pengelolaan terkini dan akurat (%) Perikanan Tangkap 6 Tersedianya ASN 6 Persentase ASN Ditjen Ditjen Perikanan Perikanan Tangkap yang Tangkap yang kompeten yang dikelola kompeten dan sesuai kebutuhan (%) handal 5

2015

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

101

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 2015

2016

7

Tersedianya fasilitasi produk hukum, ketatalaksanaan dan kehumasan

7

Persentase fasilitasi produk hukum, ketatalaksanaan, humas dan perpustakaan (%)

100

100

100

100

100

8

Tersedianya administrasi keuangan, ketatausahaan dan kerumahtanggan di lingkup Ditjen Perikanan Tangkap

8

Persentase pengembangan administrasi keuangan, ketatausahaan dan kerumahtanggaan di lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap (%)

100

100

100

100

100

6,5

7

7,5

8

82

84

87

89

90

75

80

85

90

95

BB

BB

BB

A

A

Baik Baik (80-90) (80-90)

Baik (80-90)

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 9 Tersedianya 9 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah kebijakan pembangunan yang efektif 10 Terwujudnya 10 Indeks kompetensi pejabat Aparatur Sipil struktural dan fungsional Negara (ASN) lingkup Sekretariat Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap(%) Perikanan Tangkap yang kompeten, profesional, dan berkepribadian 11 Tersedianya 11 Persentase unit kerja Manajemen Sekretariat Direktorat Pengetahuan Jenderal Perikanan Tangkap yang menerapkan sistem Sekretariat Direktorat Jenderal manajemen pengetahuan Perikanan Tangkap yang terstandar dan yang handal dan berbasis IT (%) mudah diakses 12 Terwujudnya 12 Nilai kinerja reformasi Birokrasi birokrasi Sekretariat Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Perikanan Tangkap yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 13 Nilai kinerja anggaran 13 Terkelolanya anggaran kegiatan lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Dukungan Manajemen dan Perikanan Tangkap Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Tangkapsecara efisien dan akuntabel 14 Terpenuhinya 14 Persentase pembayaran gaji belanja aparatur dan tunjangan pegawai dan belanja Direktorat Jenderal operasional Perikanan Tangkap (%) perkantoran

102

100

100

2017

2018

2019

Sangat Sangat Baik Baik (90-100) (90-100)

100

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

100

100

TARGET SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA 15

Persentase pemenuhan layanan perkantoran Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (%)

2015

2016

100

100

2017 100

2018 100

2019 100

4.2. KERANGKA PENDANAAN Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan program pembangunan perikanan tangkap, serta mencapai target sasaran utama yang telah ditetapkan, dibutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan pembangunan akan bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD, Dana Alokasi Khusus/DAK), swasta, perbankan dan non perbankan, dan masyarakat. Pendanaan APBN difokuskan untuk pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap, penguatan regulasi, pemberdayaan dan berbagai kegiatan pembangunan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat yang terkait dengan usaha perikanan tangkap. Sementara itu juga akan dilakukan penguatan sinergi pendanaan dengan Kementerian/Lembaga terkait serta sinergi dengan APBD. Pendanaan juga diharapkan dapat dilakukan melalui dunia usaha baik pelaku usaha swasta, BUMN, maupun perbankan. Secara terinci kerangka pendanaan menurut program dan kegiatan sebagaimana pada Lampiran 1.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

103

Bab 5 PENUTUP

PENUTUP

V

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 20152019 merupakan dokumen yang disusun sebagaimana penjabaran amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra ini mengacu pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional Tahun 2015-2019, Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019. Renstra ini menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja K/L) dan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) setiap tahunnya di lingkup Ditjen Perikanan Tangkap. Renstra ini juga merupakan acuan perencanaan pembangunan perikanan tangkap secara umum. Disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan perikanan tangkap tidak hanya ditentukan oleh dokumen Renstra, tapi yang lebih penting adalah pelaksanaan dari dokumen renstra dimaksud dengan dukungan sektor terkait lainnya dan masyarakat luas. Akhirnya, kebersamaan dan kerja keras dari seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan Kementerian Kelautan dan Perikana serta seluruh stakeholders perikanan tangkap merupakan hal yang mutlak dalam rangka mewujudkan harapan untuk menyukseskan pembangunan perikanan tangkap tahun 2015-2019 untuk kesejahteraan masyarakat nelayan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

104

LAMPIRAN

LAMPIRAN MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2015-2019

Program/ Sasaran Program/Sasaran Kegiatan Kegiatan/Indikator 2015 PROGRAM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP Terwujudnya kesejahteraan masyarakat nelayan − Pertumbuhan PDB 7,00 Perikanan 104.5 − Nilai Tukar Nelayan (NTN) − Rata-Rata pendapatan: a. Pendapatan RTP/bulan 5,145,860 (Rp/RTP/bulan) b. Pendapatan Nelayan/bulan 1,933,640 (Rp/nelayan/bulan) Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan − Jumlah produksi perikanan tangkap a. Volume produksi (ton) 6,299,290 b. Nilai Produksi (Rp Juta) 115,910,840 − Nilai investasi usaha 20 perikanan tangkap (Rp

Target 2017

2016

2018

2019

2015 2,403.54

8,00

9,50

11,00

12,00

105.0

105.5

106.0

106.5

5,485,100

5,823,570

6,047,320

6,250,500

2,068,200

2,199,500

2,290,920

2,374,200

6,451,330 125,174,890

6,634,220 134,830,020

6,808,330 142,006,340

6,982,560 148,890,750

23

25

28

31

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018 3,718.84

2,818.36

2,953.47

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

2019 3,208.85

105

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator Trilyun) − Jumlah penyaluran akses pemodalan perikanan tangkap (Rp Milyar) − Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) (WPP)

2015

Target 2017

2016

2018

2019

850

900

950

1,000

1,050

2

5

7

9

11

Pengelolaan Sumber Daya Ikan Meningkatnya pengelolaan sumber daya ikan (SDI) yang berkelanjutan di perairan laut dan perairan pedalaman − Jumlah ekosistem perairan pedalaman yang direvitalisasi (lokasi) − Jumlah laut teritorial dan perairan kepulauan yang terkelola sumber daya ikannya (WPP) − Jumlah laut ZEEI yang terkelola sumber daya ikannya (WPP) − Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasikan (buah) − Jumlah perairan yang terevaluasi pengelolaan sumber daya ikannya (WPP) − Jumlah inisiasi pengembangan kelembagaan pengelolaan

106

2015

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

2019

161.62

105.24

78.64

3

6

9

12

15

5

7

9

10

11

2

4

6

7

7

3

3

3

3

3

3

6

9

10

11

1

2

3

4

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

59.81

139.14

161.10

181.77

81.57

92.46

102.05

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator WPP (wilayah) Meningkatnya ketersediaan data, informasi dan statistik perikanan tangkap yang akurat untuk pengelolaan sumber daya ikan − Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan (unit) − Jumlah kapal perikanan yang dipantau oleh observer (unit) − Jumlah ketersediaan data dan statistik perikanan tangkap (dokumen) Terselenggaranya kegiatan ketatausahaan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Ikan − Persentase pelaksanaan kegiatan ketatausahaan di Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan (%) Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan Terwujudnya kapal perikanan Indonesia, alat penangkap ikan dan pengawakan yang memenuhi standar di setiap WPP − Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan (unit) − Jumlah alat penangkap ikan dan alat bantu

2015

Target 2017

2016

2018

2019

250

500

750

1,000

1,250

500

150

200

250

300

7

7

7

7

7

100

700

100

100

100

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

2015

2019

81.11

43.36

56.57

67.64

78.72

2

2.07

1.00

1.00

1.00

211.1

2,783.62

738.25

539.90

0.28

57.03

64.60

74.90

100

1,200

1,500

1,800

1,900

3,150

3,300

3,500

3,600

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

441.99

83.08

107

Program/ Kegiatan

108

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator penangkapan ikan yang memenuhi ketentuan (unit) − Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi alat penangkap standar dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah) − Jumlah kapal perikanan yang terdaftar sebagai kapal perikanan (unit) − Jumlah awak kapal perikanan yang tersertifikasi berdasarkan keahlian dan keterampilan (orang) − Jumlah kapal yang menerapkan cara penanganan ikan yang baik di atas kapal (unit) − Jumlah operasional kapal yang dihitung produktivitasnya (unit) Meningkatnya armada perikanan tangkap nasional yang modern, efisien dan berdaya saing − Jumlah kapal perikanan yang terbangun (unit) − Jumlah kapal perikanan > 30 GT yang terbangun di

2015

Target 2017

2016

2018

2019

2015

23

25

26

28

30

18,000

20,000

22,500

25,000

27,000

700

1,200

1,700

1,900

2,000

200

400

600

800

1,000

800

1,200

1,500

1,800

201.25 163

3,522

475

275

175

25

25

25

25

25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

2,722.25

672.50

464.16

2019

358.22

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator wilayah perbatasan (unit) − Jumlah alat penangkap ikan dan alat bantu penangkapan ikan yang terbangun dan dioperasionalkan (unit) − Jumlah fasilitasi konversi BBM ke BBG bagi kapal perikanan Terselenggaranya kegiatan ketatausahaan kegiatan Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan − Persentase pelaksanaan kegiatan ketatausahaan di Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (%)

2015

2,750

100

Target 2017

2016

2018

2019

2015

16,675

5,250

4,000

3,350

1,000

1,000

1,000

1,000

100

100

100

2019

9.56

4.34

1.15

0.84

0.69

1,285.70

97.73

660.00

720.00

745.00

50.51

34.93

70.00

75.00

95.00

100

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Meningkatnya kapasitas pengelolaan dan pelayanan pelabuhan perikanan − Jumlah pelabuhan perikanan yang melaksanakan kesyahbandaran (lokasi) − Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan SHTI (lokasi) − Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi standar operasional

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

102

110

120

130

150

22

32

37

42

45

22

30

50

70

90

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

109

Program/ Kegiatan

110

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator (lokasi) − Jumlah pelabuhan perikanan yang dilakukan pengendalian pembangunan konstruksi (lokasi) − Jumlah identifikasi dan penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan (termasuk fasilitasi dan koordinasi pengembangan sentra perikanan terpadu) (lokasi) − Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi standar pelayanan ISO9001 (lokasi) Berkembangnya pelabuhan perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah − Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan daerah prioritas (lokasi) − Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) − Jumlah pengembangan pelabuhan perikanan yang ramah lingkungan / ecoport (lokasi) − Jumlah pengembangan sentra perikanan terpadu (lokasi) − Jumlah pelabuhan

2015

Target 2017

2016

2018

2019

2015

50

60

70

80

55

34

34

34

34

34

5

10

15

22

1,102.57 3

-

5

5

5

22

22

22

23

24

3

-

4

4

4

30

-

20

20

20

22

120

135

150

165

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

37.05

565.00

620.00

2019

625.00

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator perikanan yang optimal menerapkan sistem informasi dan keterpaduan (lokasi) Terselenggaranya kegiatan ketatausahaan kegiatan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan − Persentase pelaksanaan kegiatan ketatausahaan di Direktorat Pelabuhan Perikanan (%)

2015

Target 2017

2016

100

100

100

2018

2019

100

2015

2019

132.62

25.75

25.00

25.00

25.00

39.42

32.48

61.57

73.69

88.23

15.30

19.91

23.89

28.67

34.41

100

Pengendalian Penangkapan Ikan Meningkatnya pelayanan prima dan ketertiban usaha perikanan tangkap sesuai ketersediaan SDI di setiap WPP − Jumlah alokasi izin yang diberikan terhadap peluang alokasi usaha penangkapan ikan yang tersedia (unit) − Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi dalam SIUP (unit) − Waktu pelayanan izin usaha penangkapan ikan (SIUP) (hari kerja /dokumen permohonan) − Waktu pelayanan izin kapal penangkap/pengangkut ikan (SIPI, SIKPI) (hari kerja/dokumen

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

10,000

12,500

12,600

12,700

12,800

9,600

11,250

11,340

11,430

11,500

10

9

8

7

6

7

6

5

4

3

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

111

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator permohonan) − Jumlah kapal penangkapan ikan yang memenuhi kepatuhan usaha (%) Meningkatnya pengendalian penangkapan ikan nasional − Jumlah unit usaha penangkapan ikan yang terevaluasi (unit) − Jumlah penguatan dan integrasi sistem perizinan pusat-daerah (Prov/Kab/Kota) − Jumlah pengelolaan basis data dan informasi usaha penangkapan ikan pusatderah (Prov) Terselenggaranya kegiatan ketatausahaan kegiatan Pengendalian Penangkapan Ikan − Persentase pelaksanaan kegiatan ketatausahaan di Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan (%)

2015 100

11

100

Target 2017

2016 100

100

2018

2019

100

2015

4

6

11

15

20

25

34

15

20

25

34

100

100

112

2,000

2,050

2,100

2,150

2,200

34

34

34

34

34

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

22.37

11.57

36.68

44.02

52.82

1.75

1.00

1.00

1.00

1.00

437.45

299.73

774.66

968.33

1,210.41

160.84

31.03

38.79

48.48

60.60

100

Pengelolaan Kenelayanan Meningkatnya kapasitas kenelayanan − Jumlah penguatan kelembagaan usaha nelayan (kelompok) − Jumlah peningkatan akses pendanaan usaha nelayan

2019

100

2

100

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator (lokasi) − Jumlah nelayan yang mampu mengelola usahanya (orang) − Jumlah diversifikasi usaha keluarga nelayan (Rumah Tangga Perikanan/RTP) − Jumlah pembinaan sistem informasi kenelayanan (lokasi) Meningkatnya akses informasi, kualitas lingkungan nelayan, dan perlindungan kenelayanan − Jumlah kawasan sentra /kampung nelayan yang ditata dan terintegrasi (lokasi) − Jumlah nelayan yang terlindungi (orang) − Jumlah fasilitasi sertifikasi tanah nelayan (bidang tanah) Terselenggaranya kegiatan ketatausahaan kegiatan Pengelolaan Kenelayanan − Persentase pelaksanaan kegiatan ketatausahaan di Direktorat Kenelayanan (%)

Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya DirektoratJenderal Perikanan Tangkap Tersedianya kebijakan

2015

Target 2017

2016

2018

2019

2,040

2,080

3,120

4,160

5,200

1,020

1,040

2,060

3,080

4,050

30

2

20

20

10

100

100

200

200

200

20,000

1,000,000

1,240,000

1,550,000

1,940,000

23,000

20,000

23,000

23,000

23,000

100

100

100

100

2015

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

272.82

267.70

734.63

918.29

1,147.86

3.80

1.00

1.25

1.56

1.95

268.26

400.04

444.73

490.45

541.45

1.00

1.00

1.00

1.00

2019

100

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

113

Program/ Kegiatan

114

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator pembangunan yang efektif − Indeks efektivitas kebijakan pemerintah Terwujudnya ASN DJPT yang kompeten, profesional dan berkepribadian − Indeks kesenjangan kompetensi pejabat struktural dan fungsional lingkup DJPT (%) Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses − Jumlah unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dan berbasis IT (%) Terwujudnya birokrasi DJPT yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima − Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup DJPT Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien & akuntabel − Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (%) Terpenuhinya belanja aparatur dan belanja operasional perkantoran − Persentase pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai DJPT (%)

2015

Target 2017

2016

6,5

82

75

BB

Baik (80-90)

100

84

80

BB

Baik (8090)

100

2018

7

7,5

87

89

85

90

BB

Baik (8090)

2019

A

Sangat Baik (90-100)

100

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

100

2015

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

2019

8

6.00

6.50

6.06

6.37

6.69

43.04

30.55

36.53

38.18

39.92

6.50

5.50

6.15

6.87

7.65

56.52

53.80

56.49

59.32

62.28

156.20

302.69

338.50

378.72

423.92

90

95

A

Sangat Baik (90-100)

100

Program/ Kegiatan

Sasaran Program/Sasaran Kegiatan/Indikator −

Persentase pemenuhan layanan perkantoran DJPT(%)

2015 100

2016 100

Target 2017 100

2018 100

2019 100

2015

Anggaran (Rp Miliar) 2016 2017 2018

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2015-2019

2019

115

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Sekretariat : Gedung Mina Bahari II Lt. 12 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 - Jakarta Pusat 10110 Telp. +62-21-3519070 Ext. 1217 Telp./Fax. : +62-21-352 1781 Website : www.kkp.go.id Email : [email protected]

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF